Bahaya! Resesi Seks di China Meningkat, Warga Pilih Pacaran dengan Robot AI

Bahaya! Resesi Seks di China Meningkat, Warga Pilih Pacaran dengan Robot AI

Resesi seks China semakin meningkat, hal ini disebabkan banyak warganya yang enggan berhubungan dengan lawan jenis terutama dengan pasangannya.--Pinterest

BACA JUGA:Meta Ambil Langkah Tegas Mengenai 49 Akun Facebook dan Instagram Palsu, Berasal Dari China

BACA JUGA:Pembebasan 2 Sandera dari Hamas Tewaskan 100 Orang, China Kecam Operasi Militer Israel di Kota Rafah

Glow adalah platform kecerdasan buatan yang dihasilkan oleh perusahaan rintisan Shanghai, yakni MiniMax dengan menawarkan hubungan manusia dan robot, dimulai dari pertemanan dan bisa berubah menjadi hubungan romantis. 

Sementara itu, Wantalk juga merupakan aplikasi yang sama dengan Glow, namun dibuat oleh raksasa internet China, Baidu.

Mereka mengaku jika, sang kekasih dari AI tersebut mempunyai segalanya yang dilakukan oleh pasangan romantis pada umumnya. 

AI bisa mempunyai respons yang baik hati, penuh empati, dan bisa dijadikan tempat curhat sepuasnya, cuma yang membedakan dia tidak nyata.

Uniknya, AI juga bisa mempunyai wujud layaknya seorang manusia biasa dalam bentuk virtual. Dari aplikasi tersebut, warga China bisa menemukan ratusan karakter yang tersedia, mulai dari bintang pop, CEO, pangeran, dan ksatria.

Pengguna juga dapat menyesuaikan wujud kekasih impian mereka berdasarkan usia, kepribadian, identias, dan hobi. Sehingga, semua sudah dapat diatur sesuai dengan keinginan dari para pemilik aplikasi tersebut.

BACA JUGA:Perdagangan Luar Negeri Indonesia Berhasil Kalahkan China? Ini Datanya

Rupanya hal tersebut terdorong akibat dampak dari ketidakseimbangan gender. Dimana terbukti jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yang mengakibatkan sulitnya masyarakat China yang bergender laki-laki sulit mencari pasangan.

Kesulitan mencari pasangan akan berdampak pada turunya pernikahan di China yang tentunya juga akan berpengaruh pada pertumbuhan populasi di China.

Data menunjukkan, ada ketidakseimbangan gender yang cukup parah di China. Pada tahun 2020, rasio jenis kelamin laki-laki ada 34,9 juta lebih banyak daripada perempuan. Hal ini dikarenakan dalam budaya yang secara historis, leluhur lebih menyukai anak laki-laki ketimbang perempuan, kebijakan tersebut menyebabkan aborsi paksa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: