Pengamat: Debat Capres - Cawapres Bisa Jadi Game Changer Ganjar dan Anies, Prabowo Bakal Blunder

Pengamat: Debat Capres - Cawapres Bisa Jadi Game Changer Ganjar dan Anies, Prabowo Bakal Blunder

Angka pemilih yang masih ragu untuk menentukan pilihan terhadap capres-cawapres mencapai 28,7 persen dari sebelumnya hanya 15,4 persen. Jumlah itu dinilai tinggi mengingat pemungutan suara hanya tersisa kurang lebih dua bulan pada 14 Februari 2024.

Litbang Kompas mengungkap para kelompok pemilih bimbang umumnya adalah mereka yang tidak memiliki ikatan ideologis maupun emosional dengan capres maupun cawapres tertentu.

Kelompok ini umumnya diidentifikasi sebagai pemilih Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019, dan sebagian lagi merupakan kelompok yang tidak menggunakan haknya atau merahasiakan pilihannya.

Dedi pun menyinggung soal pelaksanaan debat Pilkada DKI 2017 yang menurutnya cukup berdampak pada bergesernya suara para pemilih.

"Terjadi perubahan pola pemilih pasca debat kandidat, jadi kalau ini dijadikan sebagai acuan maka perubahan atau dampak terhadap debat itu menjadi signifikan," ucap dia.

BACA JUGA:

Prabowo-Gibran Bakal Blunder

Menurut Dedi debat Pilpres juga bisa menjadi blunder bagi pasangan Prabowo-Gibran jika penampilan nomor urut 2 itu tak sesuai ekspektasi para pemilihnya.

"Debat kandidat justru menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan, kenapa, karena jangan-jangan pasca debat pemilih yang tadinya sudah menentukan pilihan kepada mereka, karena ada satu atau dua hal yang kekeliruan atau hal yang tidak memuaskan bagi publik maka pemilih mereka bisa berkurang," ujarnya.

Karenanya, menurut Dedi, ketiga pasangan harus benar-benar mempersiapkan debat perdana nanti secara matang.

Meskipun, konsumen acara debat Pilpres itu adalah para pemilih menengah ke atas.

"Tapi kalau dilihat dari potensi suara yang cukup signifikan, artinya menambah elektabilitas dari kelompok yang tidak dominan ini penting," kata Dedi.

BACA JUGA:

Terpisah, peneliti politik BRIN Wasisto Jati menyampaikan pengaruh debat Pilpres terhadap suara atau elektabilitas paslon, tergantung dari bagaimana debat berjalan.

Terutama, bagi pemilih kategori menengah ke atas.

"Artinya kalaupun nanti debat yang dihasilkan itu konstruktif maka akan menarik minat dari pemilih, terutama menengah atas untuk bisa mengevaluasi capaian dari ekspektasi terhadap calon tertentu," ucap Wasisto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: