Kadin WKU Peternakan Audiensi Bersama Wamentan Bahas Penguatan Peternakan

Kadin WKU Peternakan Audiensi Bersama Wamentan Bahas Penguatan Peternakan

Kadin WKU Peternakan Audiensi Bersama Wamentan Bahas Penguatan Peternakan--

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Dalam upaya peningkatan dan penguatan sektor peternakan di Indonesia, WKU peternakan, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia melakukan kunjungan dan audiensi bersama Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Kamis (19/12).

Dalam kesempatannya Wamentan, Sudaryono mengajak para pelaku usaha termasuk Kadin untuk terus berkontribusi memajukan Indonesia khususnya di bidang pertanian dan peternakan.

Menurutnya, pelaku usaha memiliki andil besar dalam menggerakkan sektor perekonomian nasional. Dimana para pelaku usaha ini berkontribusi besar dalam memberikan lapangan pekerjaan bagi rakyat, menyediakan kebutuhan pangan, hingga memberikan manfaat yang besar bagi ekonomi negara.

“Tentu saja kami senantiasa mendengar, mencatat dan berdiskusi berbagai hal yang menjadi aspirasi dari rakyat, apalagi dari pelaku di dunia usaha. Dan tanpa mengecilkan yang lain, Kadin in ikan merupakan gabungan dari pelaku dan pintar. Tentu akan berbeda apabila kita berbicara dengan orang pinter tapi bukan pelaku. Itu agak susah, karena bisa saja pengetahuannya dari jurnal dan lainnya. Beda dengan pelaku dan pintar, karena dengan kepintarannya dirinya melakukan dan tidak semuanya berhasil. Artinya para anggota Kadin ini punya pengalaman dan mempunyai strategi untuk memecahkan persoalan,” ujarnya.

BACA JUGA:

Dirinya melanjutkan, salah satu persoalan yang terus saja terjadi di perunggasan adalah pakan dan DOC. Dimana perunggasan nasional masih mempunyai ketergantungan besar terhadap produk dari luar.
Sudaryono pun menceritakan bahwa sudah lama para ahli menyatakan bisa membuat pakan sendiri. Namun hingga saat ini, hal tersebut belum terbukti. Pun pada persoalan DOC yang masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi sektor peternakan Indonesia.

“Ayo bersama kita mencari cara untuk memecahkan persoalan ini demi kemaslahatan rakyat, bangsa serta demi keberlanjutan usaha kita semua. Dan bagus, dalam diskusi tadi ada usulan disampaikan perlu ada skala yang benar, perlu adanya standardisasi manajemen yang benar, perlu ada standardisasi dari genetiknya, dan lain sebagainya. Kami minta kepada Kadin menyiapkan model yang sudah jalan seperti apa. Saya sangat mengapresiasi kedatangan dari kawan-kawan Kadin dan kami ingin setelah ini ada langkah-langkah konkret, apakah itu modeling dari sistem peternakan yang tadi memang diusulkan,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Peternakan Cecep Muhammad Wahyudin menuturkan kunjungan ini adalah bagian daripada menjalankan perintah Ketum untuk menyukseskan program pemerintah.

Dimana safari ke Kementan tentunya untuk mensinkronkan dengan pemerintah sehingga pihaknya dapat mendukung dan menyukseskan program pemerintah, terkhusus di sektor peternakan. Dalam hal ini, Kadin ingin menjadi partner yang membersamai program pemerintah, bahkan istilahnya seperti komcad (Komando Cadangan).

BACA JUGA:

“Lebih dari 70% anggota Kadin adalah pelaku di peternakan, sehingga diskusi dalam penyelesaian masalah di Kadin akan lebih komprehensif. Disini kami ingin mendapatkan saran dan wejangan dari Wakil Menteri Pertanian terkait program dan kolaborasi apa yang bisa dijalankan bersama. Dan tentu dengan background sebagai pelaku bisnis, maka setiap masalah akan kami lihat sebagai peluang. Kami pun juga telah membuat berbagai rancangan program ke depan, namun belum sempurna apabila belum safari ke Kementerian dan Lembaga yang berkaitan dengan pangan. Dimana sebelumnya kami juga telah bertemu dengan Menteri Koperasi, Dirut Bulog serta Menko Pangan,”

Dirinya menambahkan, salah satu hal yang dapat diselesaikan bersama adalah permasalahan pakan di perunggasan. Cecep bercerita bahwa di tahun 2016 pernah menggagas pembuatan pakan secara mandiri kepada Bulog. Pasalnya kala itu, Bulog kesulitan menjual jagung impor yang ketersediaannya berlebih.

Dan kala itu, pihaknya menyarankan agar jagung tersebut digunakan untuk bahan pakan dengan menyewa atau maklon dengan pabrik yang telah ada. Dimana hasil pakannya untuk para peternak rakyat. Menurutnya hal ini dapat menjadi solusi atas permasalahan pakan ini.

“Karena dari Bulog juga menyampaikan bahwa setiap tahunnya produksi di NTB itu terus meningkat. Sedangkan selama ini dijual ke pabrik pakan, dan dijual kembali dengan tingkat harga versi mereka. Nah jika memungkinkan, ada kebijakan membuat pakan mandiri, dengan mengambil jagung dari Bulog dengan harga HPP dan digunakan sebagai bahan pakan sistem maklon ke pabrik yang sudah ada. Ini sangat mungkin, karena utilitas pabrik pakan hari ini belum 100%. Dengan sistem ini, harusnya kitab isa produksi pakan dengan harga yang lebih murah. Di tahun 2016 itu, pakan yang diproduksi Bulog bisa lebih murah Rp 1000 di bawah harga pasar. Tetapi masalahnya, dulu bukan di kualitas, tapi di administrasi yang begitu panjang sehingga menjadi gagal“.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: