Komnas Perempuan Angkat Bicara Terkait Turunnya Angka Pernikahan di Indonesia

Komnas Perempuan Angkat Bicara Terkait Turunnya Angka Pernikahan di Indonesia

Tiasri Wiandani selaku Komisioner Komnas Perempuan-Komnas Perempuan-Disway.id--

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Polemik penurunan minat masyarakat Indonesia untuk menikah tengah menjadi perbincangan hangat beberapa hari terakir ini.

Menjadi kekhawatiran berkurangnya minat masyarakat Indonesia untuk melakukan pernikahan.

Menanggapi fenomena ketakutan terhadap pernikahan, Tiasri Wiandani selaku Komisioner Komnas Perempuan kemudian angkat bicara. 

BACA JUGA:Petugas Bea Cukai Musnahkan 1 Ton Milk Bun After You dari Thailand yang Tidak Berizin BPOM

BACA JUGA:PM Spanyol Akan Usulkan Pengakuan Negara Palestina pada 2027

Tiasri Wiandani mengungkapkan fenomena turunnya angka pernikahan di Indonesia disebabkan tingginya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang terjadi dalam sebuah hubungan berkeluarga.

Tidak hanya itu, dirinya juga mengungkap selain karena KDRT, biaya hidup yang semakin tinggi menjadi salah satu faktor penyebab sehingga banyak masyarakat yang memilih untuk menunda pernikahan.

"Karena mungkin mereka yang saat ini memilih tidak menikah dengan segala pertimbangan baik dalam situasi bagaimana angka kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat, juga bagaimana situasi kehidupan sosial ekonomi yang semakin sulit," kata Tiasri Wiandani yang dikutip dari Disway.id pada Minggu 10 Maret 2024.

Tidak hanya itu, Tiara juga mengungkap alasan lain menunda pernikahan karena biaya pendidikan untuk anak yang semakin tinggi. Sehingga memutuskan untuk menikah menjadi sulit untuk dilakukan.

"Biaya pendidikan anak makin tinggi, dimana ini kan menjadi salah satu alasan-alasan kenapa ketika orang ingin memutuskan menikah menjadi tidak mudah untuk diputuskan," sambungnya.

Selain karena tingginya angka KDRT dan biaya hidup terus meningkat, Tiasri Wiandani juga menyoroti masyarakat Indonesia yang kini sudah banyak yang sadar akan pilihan hidup masing-masing. 

Hal ini yang menyebabkan menikah bukan lagi menjadi prioritas, namun tren memperbaiki kualitas hidup menjadi hal utama.

Stigma mengenai perempuan tidak menikah, tidak laku, atau hal lain sebagainya kini sudah mulai tidak diperhatikan oleh beberapa kalangan masyarakat.

"Sudah banyak kesadaran dari individu-individu salah satu pilihan hidup adalah untuk tidak menikah. Nah, kalo ini dibandingkan sama tahun-tahun lalu, stigma perempuan tidak menikah itu tidak laku, tua, dan dikultur masyarakat begitu negatif," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: