PVMBG : Gunung Lokon dan Anak Krakatau Status Waspada dan Siaga
JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memantau aktifitas gunung berapi aktif di Indonesia.
Menurut PVMBG gunung berapi di Indonesia menunjukkan peningkatan di akhir tahun ini.
Di antara yang terpantau aktif, PVMBG menyebut bahwa Gunung Lokon dan Anak Krakatau berpotensi erupsi. Statusnya waspada dan siaga.
Peningkatan aktifitas gunung api aktif di Indonesia ini diharapkan tidak menimbulkan dampak bagi warga yang tinggal di sekitar wilayah gunung api aktif.
PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM memantau selama 24 jam gunung api aktif di Indonesia, menunjukkan peningkatan aktivitas dalam beberapa hari terakhir, melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA).
"Hingga saat ini, 68 gunung api dipantau secara terus-menerus melalui 75 pos pengamatan gunung api di seluruh Indonesia, sebagai salah satu mitigasi erupsi gunung api. Aktivitas ini dipantau terus-menerus selama 24 jam," ujar Kepala PVMBG Kementerian ESDM Hendra Gunawan dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
BACA JUGA:
- 8 Korban Erupsi Gunung Marapi Belum Dievakuasi, 16 Terkonfirmasi Meninggal Dunia
- Proses Evakuasi Pendaki Gunung Marapi Terkendala Cuaca
Menurut dia, erupsi dapat berdampak luas bagi penduduk di sekitarnya, yang tercatat 4,5 juta jiwa bermukim dan beraktivitas di sekitar gunung api aktif, sehingga risiko bencana sangat besar.
"Kami secara rutin menyampaikan informasi dan berkoordinasi dengan adanya aktivitas gunung api tersebut kepada para pemangku kepentingan terkait," terangnya.
Berdasarkan pemantauan dan monitoring, hingga akhir November 2023 tercatat gunung api pada Level III (Siaga) sebanyak tiga gunung yaitu Anak Krakatau, Merapi, dan Semeru, dan Level II (Waspada) sebanyak 18 gunung api.
Sementara itu gunung api Level I (Normal) ada 47 gunung api yang kondisinya belum menunjukkan peningkatan aktivitas.
Hendra mengatakan banyaknya aktivitas gunung api di Indonesia dipengaruhi letak Indonesia pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif, yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia, yang bergerak saling bertumbukan.
"Proses penunjaman atau subduksi mengakibatkan pelelehan batuan kerak bumi, bagian batuan meleleh mempunyai berat jenis lebih ringan dibandingkan batuan sekitarnya, sehingga bergerak mengapung menuju permukaan, kemudian membentuk gunung api," katanya.
Ia melanjutkan proses penunjaman dan pelelehan batuan kerak bercampur dengan batuan mantel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: