Sejarah Tragedi Kemanusiaan Konflik Palestina-Israel, Konflik Panjang Yang Belum Bisa Terselesaikan!

Sejarah Tragedi Kemanusiaan Konflik Palestina-Israel, Konflik Panjang Yang Belum Bisa Terselesaikan!

Imigrasi secara besar-besaran ini, memicu ketegangan antara penduduk Arab Palestina dan orang-orang Yahudi yang datang. Meski demikian, tensi atau ketegangan yang timbul, belum menjadi konflik.

Imigrasi orang-orang Yahudi semakin meningkat pada masa Perang Dunia II, karena banyak dari mereka menghindari tekanan yang dilakukan oleh rezim Nazi di Jerman.

BACA JUGA:

Pada masa rezim Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler, pemerintah Jerman banyak menangkap orang Yahudi, dan menempatkan mereka dalam kamp-kamp militer.

Hal ini membuat banyak orang Yahudi yang berada di Eropa pergi. Salah satu tujuannya, adalah Palestina, yang dalam kitab suci kepercayaan Yahudi merupakan "Tanah yang Dijanjikan Tuhan".

Meski demikian, imigrasi tersebut tidak sepenuhnya berhasil. Sebab, Inggris selaku penguasa di Palestina membatasi kedatangan orang-orang Yahudi, yang kemudian membuat maraknya imigran ilegal.

Imigrasi ilegal ini berhasil digagalkan oleh Inggris yang memblokade jalur masuk dengan mengerahkan delapan kapal perang di perairan sekitar Palestina.

Para imigran itu pun gagal masuk ke Palestina dan kemudian ditahan di kamp pengungsi di Siprus. Beberapa di antaranya juga ditahan di Palestina dan Mauritius.

Situasi inilah yang membangkitkan adanya perlawanan dari kelompok bersenjata Yahudi di Palestina, yang menebar teror. Aksi teror ini dilakukan oleh kelompok sayap kanan Zionis, Irgun.

BACA JUGA:

 

Kondisi yang darurat ini membuat banyak negara meminta agar Inggris membuka jalur imigrasi Yahudi ke Palestina. Pada 20 April 1946, Komite Gabungan Inggris-Amerika Serikat yang dibentuk PBB, merekomendasikan 100.000 orang Yahudi bermigrasi ke Palestina.

Namun hal ini ditolak oleh Pemerintah Arab, sehingga Inggris pun merasa tidak mampu lagi mengelola Palestina, dan pada akhirnya memberikan mandat pengelolaan Palestina kepada PBB.

Ketegangan semakin memanas saat PBB mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara, yakni satu untuk Yahudi dan satu Arab.

Usulan tersebut kemudian disetujui meski mendapat penolakan dari sejumlah negara Arab. Kemudian, pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, pemimpin Komite Nasional Yahudi di Palestina, mengumumkan berdirinya negara Israel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: