Satu-satunya orang Belanda yang selamat adalah Putra Van De Berg yang berusia 5 tahun Jean Lubbert.
Penyerangan pasukan Pattimura ke Benteng Duurstede menyebabkan Gubernur Maluku mengirimkan ekpedisi ke Saparua pada 17 Mei 1817 untuk meredam perlawanan rakyat.Kekuatan saat itu 112 Pelaut dan Marinir dari Kapal Everstsen dan Nassau dan 188 prajurit Garnisun di bawah Komando Mayor Pioner.
Kapitan Pattimura atau Thomas Matullesy sudah mendengar rencana itu. Sampai akhirnya mengatur taktik dengan dukungan sekitar 1000 Pasukan rakyat.
Mereka berjaga disekitar pesisir Teluk Haria sampai Teluk Saparua. Pejuang Thomas Matullesy sudah menunggu di pinggir pantai. Ekspedisi Beetjes yang membawa sekitar 300 prajurit itu gagal total. Ada sekitar 159 Pelaut dan Prajurit yang tewas dari Pihak Kompeni. Peristiwa kemenangan Pasukan Thomas Matullesy ini mengobarkan semangat perlawanan rakyat Maluku untuk melawan Belanda di hampir semua Kepulauan rempah.
Kalah Karena Pengkhianatan.
Perlawanan Pattimura selama berbulan-bulan, sempat merepotkan pasukan Kompeni. Bahkan bila tak cepat mendapat bantuan dari pasukan Belanda di Batavia, Pasukan Belanda hampir kalah.
Ditambah Pula Pattimura dikhianati oleh bangsanya sendiri yang dilakukan raja Booi dengan janji akan mendapat hadiah 1000 Gulden dan membocorkan keberadaan Pattimura sampai akhirnya ia ditangkap untuk di eksekusi di tiang gantungan.
sampai akhirnya pada 16 Desember 1817, pagi eksekusi di tiang gantungan dilaksanakan. Rakyat Maluku sudah berduyun-duyun datang untuk melihat pahlawan mereka untuk terakhirnya kalinya.
Pemerintah Belanda masih berupaya membujuk untuk membatalkan eksekusi mati dengan menawarkan kerjasama, tetapi ditolak dengan tegas oleh Kapitan Pattimura, sambil berujar. "
"Beta akan mati, tetapi akan bangkit Pattimura-Pattimura muda yang akan meneruskan Beta punya perjuangan "
Yang diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, ''Pattimura-Pattimura tua, boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura muda akan bangkit, ".