Ancaman Project S TikTok - Project S TikTok telah menjadi salah satu perbincangan hangat di media sosial lantaran dirasa mengancam kelangsungan UMKM di Indonesia.
Ancaman dari Project S TikTok ini dirasakan di kawasan Asia Tenggara. Eksperimen terkait Project S, sudah bergulir di Inggris dengan fitur baru bernama Trendy Beat.
Sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa Platform Shoppertainment TikTok shop melakukan pengembangan pangsa pasar secara besar - besaran. Dan manuver bisnisnya yang bernama 'Project S' ini dikhawatirkan menimbulkan kompetisi usaha yang tak seimbang
Mengapa ? Jawabannya karena proyek tersebut menempatkan TikTok tidak hanya sebagai penyedia jasa layanan media sosial tetapi juga sebagai penjual yang mencari untung dari transaksi ritel.
Dan kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia merupakan kawasan dengan potensi pasar ekonomi digital terbesar.
- BACA JUGA:Project S Tik Tok Bisa Matikan UMKM RI ?
- BACA JUGA:Project S Tik Tok – Bahaya Bagi UMKM ?
Potensi Pengaruh Project S TikTok Di Indonesia
Ditinjau dari segi peluang pasar, berdasarkan data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet secara nasional mencapai 78,19 persen. Jika dihitung dari keseluruhan populasi, terdapat sekitar 215,6 juta pengguna internet di Indonesia pada 2023.
Sedangkan dari sisi potensial diminati, Shoppertainment akan lebih menarik daripada platform E - dagang karena dikonsep lebih menarik dan berbalut hiburan.
Dari segi pemasaran, Shoppertainment lebih menggunakan pendekatan secara halus dalam mempengaruhi calon pembelinya. Sebab ia dapat memanfaatkan konten digital sehingga tidak terkesan memaksa ( hard selling ) audiens untuk membeli suatu produk.
Saat ini ranah Shoppertainment terbesar hanya di TikTok, dimana potensi pasar yang dapat diperolehnya sebesar 113 juta pengguna.
Prestasi Penjualan TikTok Shop
Dalam jurnal E-Commerce In SouthEast Asia 2023, disebutkan bahwa penjualan melalui TikTok Shop mengalami pertumbuhan pesat.
Pada tahun 2021, di awal peluncurannya TikTok Shop khusus di kawasan Asia Tenggara mampu menyalurkan produk senilai 600 juta dollar AS. Pada tahun berikutnya meroket di level 4,3 miliar dollar AS. Berdasarkan capaian tersebut, Momentum Works memprediksi pada 2023 nilai transaksi melalui Tiktok Shop berpotensi tutup buku di angka 15 miliar dollar AS atau berkisar Rp 225 triliun.
Berpatokan dari data tahun 2022, nilai transaksi terbesar ditempati oleh Shopee sebesar 47,9 miliar dollar AS disusul Lazada sebesar 20,1 miliar dollar AS. Tetapi TikTok Shop masih bertengger dalam jajaran penjualan sebesar 4,3 miliar dollar AS.
Dan pada tahun 2023 mengalami kenaikan hingga sebesar 15 miliar dollar AS.
Apabila sebagian besar pengguna aktif Tiktok beralih belanja melalui Tiktok Shop, maka akan mengubah peta persaingan platform e-dagang secara masif.