Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak Tiktok Shop berencana menginisiasi manuver yang terbilang unik dan bahkan kontroversial.
Manuver "Project S"
Secara garis besar melalui proyek ini pihak Bytedance, induk perusahaan pemilik Tiktok, berniat menguasai sektor produksi dan penjualan sekaligus. Jika ditinjau dari ranah platform media sosial.
Melalui Project S, perusahaan Bytedance berupaya mengintegrasikan jaringan produsen yang notabene ada di China dengan Tiktok.
Sesungguhnya, upaya ini bukanlah yang pertama dilakukan Bytedance. Platform medsos Douyin, yakni aplikasi Tiktok versi China, sudah menerapkan model bisnis serupa.
Tercatat, model bisnis yang diterapkan pada Douyin mampu mendatangkan transaksi senilai lebih dari 10 miliar dollar AS per tahun.
Hal inilah yang dipandang sebagai keberhasilan yang akan diadopsi di Tiktok.
Cara Menanggulangi Dampak Project S TikTok
Melihat dari segala wacana diatas, dapat kita maklumi mengapa manuver Project S ini dirasa mengancam.
Singkat kata, pengusaha luar negeri menggunakan Shoppertainment untuk mengambil alih pasar di kawasan Asia Tenggara sepenuhnya.
Yang pastinya barang lokal akan mati secara perlahan dan barang - barang luar negeri akan membanjiri pasar kawasan Asia Tenggara.
Hanya ada 2 cara yang dapat diambil untuk mengatasi ancaman tersebut yaitu :
-
Dari Segi Pembeli : Mendukung penuh dengan cara membeli produk lokal dalam negeri baik yang dijual melaui TikTok shop ataupun yang dijual diluar TikTok Shop.
-
Dari Segi Produsen : Meningkatkan kualitas produk sebaik mungkin dan semaksimal mungkin untuk menarik minat masyarakat.