
JAKARTA,RADARPENA- Masyarakat Indonesia mengenal seni pantun yang telah ada sejak era kerajaan dahulu. Seni pantun menjadi wadah orang tua-tua untuk menyampaikan maksud dan tujuannya. Seni pantun sangat mengandalkan kehalusan Budi dan juga keterampilan mengolah kata-kata lisan menjadi suatu pesan yang dapat ditangkap maksud dan tujuannya.
Beragam pantun dapat diciptakan sesuai dengan maksud dan tujuannya itu . Salah satu jenis pantun yang cukup dikenal adalah pantun nasehat. Pantun nasehat beraneka ragamrupa dan temanya. salah satu pantun nasehat itu ada yang bertemakan agama atau budi pekerti yang berguna untuk suatu masyarakat dalam menjalani hidup sehari-hari Berikut contoh-contoh pantun nasehat bertema agama Asam kandis asam gelugur Kedua asam riang-riang Duduk menangis dipintu kubur Teringat badan tidak sembahyang Indung-indung siti aisyah Mandi dikali rambutnya basah Tidak sembahyang tidak puasa Di dalam kubur mendapat siksa Goyang duduk dikursi goyang Beduk shubuh hampir siang Bangunkan ibu suruh sembahyang Jadilah anak yang disayang Jalan-jalan ke Kota Jakarta Jangan lupa membawa kain Jika tuan sudah memiliki banyak harta jangan lupakan fakir dan miskin kalau tuan pergi ke Surau jangan lupa membawa peci kalau tuan banyak bergurau nanti hidup bakal merugi Pergi ke kali memancing ikan Ikan didapat masak di kuali Perbanyaklah amal diri agar bahagia di akhirat nanti Seperti pantun umumnya, pantun nasehat dengan tema agama tetap memperhatikan kaidah baku dalam membuat pantun. Kaidah itu antara lain dibuat empat baris. Dua baris sebagai sampiran dan dua baris lagi menjadi isi. Menggunakan rumus ab-ab atau aa-aa. Satu baris biasanya terdiri dari empat kata. Dalam pantun nasehat bertemakan agama, isi kata-katanya ada yang langsung menohok ada juga tidak langsung menohok kepada perbuatan salah atau benar seperti perintah untuk melaksanakan puasa, mendirikan sholat, atau mengerjakan amal sholeh seperti bersedekah, berbakti kepada kedua orang dan lain-lain. Pemilihan kata-kata disesuaikan juga kepada rumus membuat pantun, dan pada bagian isi menegaskan maksud dari sampiran. Gunakan kata –kata yang mudah dan simpel, sehingga membuat pantun menjadi lebih gampang. Seni pantun sangat layak diangkat kembali ke permukaan termasuk diajarkan disekolah-sekolah seperti sekolah dasar (SD). Alasannya karena seni pantun, biasanya menggunakan kata-kata (diksi) pilihan yang mampu melatih keterampilan berbahasa peserta didik. Dalam seni budaya Melayu, seni pantun, sering juga dijadikan kegiatan berbalas pantun, dan sering dipakai dalam rangka acara pernikahan atau perkawinan dimana kedua rombongan berbalas pantun untuk menyampaikan maksud dan tujuan. (iaa)***