Dahlan Iskan Heran Jokowi Tidak Mundur, Singgung 200 Jenderal hingga Pemilu 2019

Dahlan Iskan Heran Jokowi Tidak Mundur, Singgung 200 Jenderal hingga Pemilu 2019

Dahlan Iskan mengaku heran karena Jokowi tidak mundur meski ratusan jenderal turun gunung dan beri ultimatum-Kolase : Radarpena-Foto: Dok/Facebook

Dugaan kecurangan, keterlibatan Jokowi hingga polemik Sirekap membuat ratusan Purnawirawan Jenderal turun gunung. 

Forum Komunikasi Purnawirawan TNI-Polri untuk Perubahan dan Persatuan (FKP3) lantas mengeluarkan pernyataan tajam dan keras. Jokowi harus mundur. 

"Dua ratus jenderal itu banyak sekali. Berbobot sekali, apalagi banyak yang bintang empat. Sudah dua hari mereka sepakat: Presiden Jokowi harus mengundurkan diri. Kalau tidak, harus dilengserkan," kata Dahlan Iskan dalam tulisannya Kaca Spion, Rabu 21 Februari 2024.  

BACA JUGA:Terungkap! Jokowi Bongkar Biang Kerok Tingginya Harga Beras di Pasaran, Ternyata Gegara Ini?

"Akan tetapi sikap yang begitu keras ternyata tidak bergema. Tidak jadi isu nasional yang menggelinding membesar. Medsos juga tidak memviralkannya. Sepi. Aneh," tulis Dahlan seraya menambahkan, seruan para purnawirawan yang menuntut Jokowi mundur seharusnya memiliki tekanan yang lebih kuat.

"Dia gubernur Jakarta dua periode (Ketua FKP3, Sutiyoso,red). Pernah menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN). Sudah sering ada seruan Presiden Jokowi mundur, tetapi ini kan para jenderal. Semestinya punya nilai tekanan yang lebih kuat," tambahnya. 

"Nyatanya tidak. Mungkin karena mereka partisan. Bang Yos adalah penasihat Partai NasDem. Forum itu sendiri memang sengaja dibentuk untuk mendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di Pilpres 2024," sambung Dahlan. 

Dengan begitu,apakah akan terjadi People Power untuk melengserkan Jokowi? Dahlan Iskan menilai bahwa ini adalah jalan buntu. Perlu seorang negarawan yang mampu menenangkan rakyat. 

Menurut Dahlan, jika melihat pada hasil quick count maka selisih suara sulit untuk menggerakkan rakyat. 

Hasil quick count begitu mencolok. Selisih suara tiga pasangan begitu jauh. Selisih itu sulit dipakai untuk menggerakkan rakyat," kata Dahlan.

Dahlan menganggap, potensi People power lebih besar saat Pilpres 2019, Jokowi Vs Prabowo. Jokowi menang, Prabowo kalah tipis. 

"Waktu itu Prabowo kalah tipis. Akan tetapi isu people power langsung reda ketika Prabowo menyatakan bisa menerima hasil pilpres," lanjut Dahlan. 

Penerimaan Prabowo hingga akhirnya bergabung ke dalam 'circle' Jokowi dengan menjadi Menhan membuat pendukungnya marah, kecewa dan balik membenci.  

"Tetapi mayoritas rakyat menganggap Prabowo negarawan. Kalau sampai terjadi kekacauan negara yang rugi."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: