Bunyikan Kentongan Bambu, Megawati Ingatkan Kemungkinan Pemilu Curang
Ketum PDI-P Megawati Soekarno Putri Foto : Babel-Disway --
JAKARTA,RADARPENA,CO.ID- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI)-P Megawati Soekarno Putri memimpin pemukulan 10 ribu Kentongan Bambu.
Kegiatan tersebut dilakukan Megawati saat memulai Kampanye Akbar Paslon nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) pada Sabtu 3 Februari 2024.
Pemukulan kentong secara massal ini, sudah tentu sangat unik dilakukan oleh Tokoh Politik sekelas Megawati Soekarno Putri.
Apakah Putri dari sang Proklamator itu mau memberi pesan-pesan tertentu kepada para pendukungnya?
BACA JUGA:Berkat 5 Fitur AI yang Cuma Ada di Galaxy S24 Series, Perjalanan Traveling Kini Lebih Praktis!
Sekjen DPP PDI-P Hasto Kristiyanto menjelaskan Pemukulan kentongan 10 ribu yang dipimpin Ketua Umum, Bu Megawati sebagai simbolisasi agar masyarakat tersadar untuk ikut menjaga kewaspadaan, melawan intimidasi dan kecurangan yang mungkin terjadi pada Pilpres 2024
Serta yang paling utama mengamankan suara Ganjar-Mahfud Pada 14 Februari 2024 nanti.
''Kentongan ini tradisi masyarakat secara kolektif dan simbol kewaspadaan serta hidup dalam tradisi bangsa. Masyarakatpun diajak untuk ikut berpartisipasi mengawal pemilu yang jurdil dan mengamankan suara Ganjar-Mahfud Pada 14 Februari 2024 ini, ''bebernya.
Pakar Antropologi Universitas Airlangga (Unair) Toetik Koesbardiati mengatakan pemukulan 10 ribu kentongan memberikan penafsiran yang menarik.
Menuru dia, pemukulan 10 ribu Kentongan Bambu yang dipimpin oleh Ketum PDI-P perjuangan Megawati Soekarno Putri memiliki arti kewaspadaan.
Bagi Toetik yang merupakan pakar dalam bidang ilmu Manusia terutama dari segi kebudayaan (Antropologi) , kentongan yang terbuat dari bambu dan dilubangi sedemikian rupa,adalah merupakan sebuah alat sederhana yang dikerap ditemui di masyarakat.
Saat kentongan itu dipukul, sambung Toetik merupakan simbol valid terhadap suatu kejadian dalam suatu masyarakat. Kentongan sendiri disebut pengirim informasi berbasis local wisdom.
''Biasanya etnis Jawa dan Bali yang memiliki adat kentongan ini, kan dulu ada konsep asap, atau burung untuk memberitakan sesuatu, ''kata Toetik saat dikonfirmasi media Minggu 4 Februari 2024.
Ia menjelaskan, simbol bunyi dan tempo tidak pernah salah dalam mengirim pesan. Setiap nada dan tempo mempunyai makna yang berbeda. Misalnya, berita kematian akan berbeda bunyinya dengan ancaman bahaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: