Dampak Konflik di Laut Merah, Pengamat: Krisis Pangan dan Energi Global Berpotensi Terjadi

Dampak Konflik di Laut Merah, Pengamat: Krisis Pangan dan Energi Global Berpotensi Terjadi

Konflik di Laut Merah: Berpotensi Krisis Pangan dan Energi Global--

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Konflik Laut merah makin memanas sejak kelompok Houthi Yaman, sebagai bentuk solidaritas terhadap perjuangan Palestina, menyerang kapal-kapal milik Israel atau yang mendukung tindakan Israel dan sedang bernavigasi di seputaran Laut Merah. 

Serangan kelompok Houthi Yaman itu langsung mendapatkan respon Amerika Serikat yang merupakan sekutu terdekat Israel yang langsung bergerak membentuk satgas guna mengamankan Laut Merah dari serangan Houthi.

Hal ini langsung saja meningkatkan ketegangan di Laut Merah pun kini semakin meningkat.

Kondisi situasi tersebut, menurut Pengamat Maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC), Marcellus Hakeng Jayawibawa mengatakan, apapun bentuk tindak serangan dari kelompok Houthi tidak dapat dibenarkan.

Apalagi hal tersebut dilakukan di jalur pelayaran Internasional.

"Serangan Houthi menjadi ancaman serius bagi perdagangan bebas internasional dan keamanan maritim. Bisa dibayangkan kalau tindakan tersebut kemudian ditiru oleh kelompok-kelompok lainnya di seluruh dunia?” kata Hakeng dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 12 Januari 2024.

BACA JUGA:

Tindakan ilegal dari kelompok Houthi ini, menurut Hakeng, membahayakan terhadap kapal-kapal yang sedang berlayar dan tentu saja mengancam ribuan nyawa pelaut di kapal yang tidak terkait dengan konflik kedua negara tersebut.

Bahkan, kata Hakeng, pemilik kapal akan mengalami kerugian yang besar bila kapal tersebut sampai hancur. 

"Pihak asuransi sendiri dalam pengamatan saya telah menaikkan premi asuransi bagi kapal-kapal yang hendak melewati wilayah tersebut sebagai imbas ketegangan yang meningkat. Di lain pihak, patut diduga pihak Perusahaan Pelayaran akan mengalami kesulitan dalam melakukan klaim asuransi karena situasi force majeure (overmacht) yang terjadi,” ujar Hakeng. 

Apabila Laut Merah terblokade dalam waktu lama, kata Hakeng, pelayaran yang melalui Terusan Suez akan ikut terganggu.

Saat ini saja menurutnya sudah sekitar 35% dari pelayaran berbendera Amerika Serikat yang mengalihkan pelayarannya. 

Banyak perusahaan pelayaran komersial telah mengalihkan operasi mereka, dengan membuat kapal-kapal mereka menjauhi Laut Merah dan aksesnya ke Laut Tengah melalui Terusan Suez.

Bahkan sudah banyak Perusahaan pelayaran yang memutuskan kapal-kapalnya memutar dan menggunakan jalur yang semakin jauh yaitu melalui Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: