Jawaban Netanyahu soal Kapan Perang di Gaza Berakhir

Jawaban Netanyahu soal Kapan Perang di Gaza Berakhir

PM Israel Benjamin Netanyahu --dok. ABIR SULTAN POOL/Pool via REUTERS/File Photo Acquire Licensing Rights

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan tegas menyatakan kepada kabinet perangnya bahwa operasi militer melawan Hamas di Jalur Gaza akan berlanjut hingga mencapai tujuan yang ditetapkan. 

Dikutip dari Associated Press dan Al Arabiya, Selasa, 9 Januari 2024, Netanyahu menekankan pentingnya mencapai kemenangan untuk mengembalikan keamanan di bagian utara dan selatan negara. 

Pemerintah Israel berkomitmen untuk menghancurkan Hamas setelah serangan pada 7 Oktober 2023, yang menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang dan penahanan sekitar 240 orang di Jalur Gaza. 

Pernyataan ini mencerminkan ketegasan pemerintah Israel dalam menanggapi konflik dengan Hamas, yang telah berlangsung dalam konteks ketegangan yang berkepanjangan di wilayah Gaza.

Rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza telah menciptakan penderitaan massal dan dampak kemanusiaan yang signifikan. 

BACA JUGA:

Menurut otoritas kesehatan Gaza, jumlah korban tewas mencapai 22.835 orang, termasuk 9.600 anak-anak. 

Otoritas Gaza yang dikuasai oleh Hamas tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil, menciptakan ketidakpastian dalam penilaian akurasi data.

Perempuan dan anak-anak menjadi korban utama, dengan sekitar dua pertiga dari total korban tewas berasal dari kelompok ini. 

Lebih dari 58.000 orang mengalami luka-luka akibat serangan Israel, memperparah krisis kesehatan yang sudah ada di wilayah tersebut. 

Konflik ini memperlihatkan perlunya solusi damai yang dapat menghormati hak asasi manusia dan memastikan keselamatan warga sipil di kawasan konflik.

Dalam rapat di Tel Aviv pada Minggu, 7 Januari 2024, Netanyahu melontarkan ancaman terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon, menyatakan bahwa mereka harus belajar dari tindakan Hamas beberapa bulan sebelumnya. 

BACA JUGA:

Ia menegaskan tekad Israel untuk membela warganya dan mengembalikan penduduk wilayah utara dengan selamat. 

"Tidak ada teroris yang kebal, dan kami bertekad untuk membela warga negara kami dan mengembalikan penduduk wilayah utara ke rumah mereka dengan selamat," tegasnya.

Ancaman tersebut mencerminkan ketegangan yang terus berkembang di Timur Tengah.

Pada Sabtu, 6 Januari 2024 waktu setempat, Israel dan Hizbullah terlibat dalam serangan lintas perbatasan, menciptakan salah satu kejadian paling serius di perbatasan Israel-Lebanon dalam beberapa pekan terakhir. 

Serangan itu dipicu oleh seruan pemimpin Hizbullah untuk membalas pembunuhan wakil pemimpin senior Hamas, Saleh al-Aruri, di pinggiran Beirut. 

Serangan ini menunjukkan ketegangan yang meningkat di kawasan tersebut dan mengakibatkan eskalasi konflik yang memprihatinkan. 

BACA JUGA:

Hizbullah mengklaim meluncurkan 62 roket ke pangkalan pengawasan udara Israel di Gunung Meron sebagai respons awal terhadap pembunuhan Aruri. Serangan itu juga disebut telah mengenai dua pos militer dekat perbatasan Lebanon. 

Dalam pernyataan terpisah, militer Israel melaporkan deteksi sekitar 40 roket yang diarahkan ke Meron, menyasar pangkalan militer, tetapi Tel Aviv menegaskan bahwa serangan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa di wilayah Israel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: