Qatar Bongkar Rahasia Gencatan Senjata Hamas-Israel

Qatar Bongkar Rahasia Gencatan Senjata Hamas-Israel

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Gencatan senjata antara Israel dan Hamas sudah ketok palu di sepakati di Qatar sebagai negara yang menjadi mediator negosiasi kedua belah pihak.

Pada hari Rabu kemarin, Qatar mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui jeda kemanusiaan di Gaza yang akan berlangsung dalam 24 jam ke depan. Ini akan berlaku setidaknya selama empat hari.

Krisis perang di jalur Gaza antara Hamas dengan Israel sudah menimbulkan korban jiwa di pihak warga Palestina yang sudah tidak terhingga.

Bahkan banyak media massa yang menyebutkan dengan istilah holocaust versi baru atas banyaknya korban jiwa di pihak warga tak berdosa Palestina.

BACA JUGA:

Hal ini tentu membuat seluruh dunia merasa prihatin. Di Indonesia sendiri hal ini menimbulkan gejolak di masyarakat untuk memboikot produk-produk Israel sebagai dukungan terhadap warga tak berdosa Palestina.

Kabar adanya gencatan senjata di kedua belah pihak tentunya menjadi kabar gembira bagi warga dunia yang prihatin terhadap konflik kemanusiaan yang terjadi di jalur Gaza.

Berikut beberapa hal yang menjadi rahasia di balik terjadinya gencatan senjata antara Hamas dan Israel dikutip dari berbagai sumber.

Negosiasi rahasia dan senyap atas upaya pembebasan tawanan oleh Hamas rupanya telah dilakukan oleh Qatar dan Amerika Serikat (AS) sesaat setelah serangan 7 Oktober ke Israel oleh kelompok dari Palestina tersebut.

Pemerintah Qatar dilaporkan menghubungi Gedung Putih dengan permintaan untuk membentuk tim kecil penasihat, yang mereka sebut "sel", agar membantu upaya pembebasan para tawanan secara pribadi dengan Israel.

Upaya tersebut, yang dimulai beberapa hari setelah para sandera disandera, akhirnya membuahkan hasil dengan diumumkannya kesepakatan pertukaran tahanan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir dan disetujui oleh Israel, Hamas, dan AS. 

Upaya rahasia tersebut termasuk keterlibatan diplomatik pribadi yang tegang oleh Presiden AS Joe Biden. Dia mengadakan sejumlah pembicaraan mendesak dengan Emir Qatar dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa minggu menjelang perjanjian tersebut.

Hal ini juga melibatkan negosiasi yang melelahkan selama berjam-jam yang melibatkan antara lain Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Direktur Badan Intelijen Pusat (CIA) Bill Burns, penasihat keamanan nasional Jake Sullivan dan wakilnya Jon Finer, serta utusan AS untuk Timur Tengah Brett McGurk.

Dua pejabat yang terlibat dalam upaya tersebut memberikan rincian panjang mengenai pekerjaan yang menghasilkan kesepakatan di mana 50 sandera akan dibebaskan dengan imbalan 150 tahanan Palestina selama jeda empat hari dalam pertempuran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: