Inilah Rahasia Nikmatnya Serabi Notosuman, Oleh-Oleh Khas Solo yang Diwarisakan Turun Temurun Hingga Kini Beru
Pada generasi ke-3 ini pula Serabi Notosuman melakukan inovasi dalam penyajiannya, serabi-serabi yang dulu dijajakan bundar, kemudian divariasi dalam penyajiannya dengan digulung menggunakan daun pisang dan dikemas dengan menggunakan kemasan kotak berwarna hijau. Tiap kemasan berisi 10 biji serabi.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan pelanggan saat membawa Serabi Notosuman sebagai oleh-oleh. Pada tahun 1992 Serabi Notosuman sudah mematenkan merk dagangnya, dengan merk dagang Serabi Solo Notosuman sebagai salah satu makanan khas Kota Surakarta yang sudah berdiri sejak tahun 1923, hal ini bertujuan untuk menjaga keaslian Serabi Notosuman.
Selain Presiden pertama RI Soekarno, Serabi Notosuman juga menjadi klangenan Presiden RI ke 2 Suharto dan keluarga Cendana. Ketika menjabat jadi Presiden RI Pak Harto selalu memesan Serabi Notosuman jika Istana Negara kedatangan tamu negara.
Sehingga banyak petinggi-petinggi yang juga menjadi pelanggan Serabi Notosuman. Tidak heran jika Serabi Notosuman semakin berkembang dan memiliki banyak pelanggan.
Generasi ke-4 (2003-sekarang)
Pada tahun 2003 Serabi Notosuman mulai membuka cabang di beberapa daerah di Jawa Tengah, yaitu di Kudus, Boyolali dan Yogyakarta. Masing-masing cabang dikelola langsung oleh generasi ke 4 yaitu anak-anak dari Nyonya Lidia.
Cabang pertama di kota Yogyakarta dipegang langsung oleh anak pertama Nyonya Lidia yaitu Yohanes Krismanto. Pada tahun yang sama Serabi Notosuman kembali membuka cabang di beberapa Kota seperti di Boyolali, Semarang dan Kudus.
Cabang Boyolali dipegang oleh Markus Kristiono dan Matius Krismono, cabang Kudus dikelola oleh Lukas Kristanto, sedangkan cabang Semarang dikelola oleh anak angkatnya yaitu Susi Lenawati.
Serabi Notosuman generasi ke-4 tidak berbeda jauh dengan generasi ke-3, karena sudah terbiasa dengan aktifitas membuat Serabi Notosuman sejak kecil mereka mampu membuat serabi yang sama dengan serabi generasi sebelumnya.
Hal inilah yang juga dirasakan oleh generasi ke-3 yang terbiasa dengan kehidupan berjualan serabi sejak ibunya berjualan. Sehingga tidak ada bekal khusus yang diterima dalam membuat Serabi Notosuman.
Selain itu juga tidak ada resep khusus yang disembunyikan, bahkan semua karyawan juga bisa membuat kue serabi dengan resep asli.
Teknik pembuatan Serabi Notosuman generasi ke-4 juga tidak berbeda jauh dengan generasi ke-3. Selain menjadi makanan khas Kota Surakarta, pembuatan serabi juga memiliki keunikan yaitu pengunjung dapat melihat pembuatan serabi. Hal ini karena proses pembuatan serabi dilakukan di depan toko.
Proses pembuatan tidak lagi memakai tungku/anglo dan arang tetapi sudah semi modern. Wajan-wajan kecil disusun di atas meja-meja alumunium dengan kompor gas sebagai bahan bakarnya.
Serabi Notosuman tak termakan zaman tetap menjadi favorit selama empat generasi. Jajanan rakyat yang berubah menjadi jajanan berkelas ini ternyata tak lekang oleh zaman.
Di tengah serbuan jajanan impor, ia tetap laris. Bahkan sering dijadikan oleh-oleh mereka yang keluar negeri. Pembukaan cabang Serabi Notosuman semakin memperjelas perkembangan kuliner legendaris ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: