Inilah Rahasia Nikmatnya Serabi Notosuman, Oleh-Oleh Khas Solo yang Diwarisakan Turun Temurun Hingga Kini Beru
Tidak hanya wisatawan yang berkunjung ke Surakarta yang sudah merasakan nikmatnya serabi ini, Presiden pertama RI Soekarno pun pernah merasakan enaknya Serabi Notosuman hingga memborongnya. Sejak saat itu Serabi Notosuman semakin kebanjiran pembeli.
Setelah puluhan tahun usaha ini berdiri Serabi Notosuman diwariskan lagi oleh Hoo Khik Nio (Ny. Margo Hutomo) kepada empat dari enam anaknya, dikarenakan kondisi fisiknya yang tak memungkinkan lagi untuk bekerja.
Generasi Ke-3 (1987-2003)
Penerus generasi ke-3 dari Serabi Notosuman yaitu Nyonya Lidiawati atau lebih dikenal dengan Ny. Lidia pada tahun 1987. Nyonya Lidia adalah anak kelima dari Nyonya Hoo Khik Nio yang mewarisi berjualan serabi pada usia 29 tahun.
Menurut Nyonya Lidia, pada waktu remaja dirinya sudah ikut membantu ibunya Nyonya Hoo Khik Nio berjualan serabi, bahkan saat neneknya Nyonya Hoo Ging Hok berjualan serabi. Sehingga tidak heran apabila Nyonya Lidia dapat mewarisi dalam membuat Serabi Notosuman yang legendaris itu.
Selain mempertahankan resep asli, Nyonya Lidyawati juga berusaha keras mempertahankan kualitas rasa dengan membuat serabi dari tepung beras pilihan.
BACA JUGA:
- Kue Bulan: Sebuah Tradisi Lezat yang Meriah dan Bersejarah
- Kue Keranjang: Memasyarakatkan Sejarah dan Tradisi dalam Setiap Gigitan
Salah satu ciri khas Serabi Notosuman adalah mereka menumbuk sendiri beras yang digunakan sebagai bahan baku membuat serabi.
Beras yang digunakan adalah beras dengan kualitas tinggi, yaitu beras cendani dari Cianjur. Hal inilah yang membedakan Serabi Notosuman dengan serabi Solo lainnya. Selain tetap mengutamakan rasa dan mutu, juga pelayanan.
Pada awalnya, Nyonya Lidia memegang usaha Serabi Notosuman sendiri, dia hanya dibantu beberapa asisten rumah tangga.
Karena melihat kegigihan Nyonya Lidia dalam mengelola usaha Serabi Notosuman, suaminya kemudian memutuskan untuk pensiun dari pekerjaannya dan memilih membantu dalam mengelola usaha Serabi Notosuman.
Berdeda dengan generasi sebelumnya, pada saat generasi ke-3 aktivitas pembuatan serabi dimulai sejak pukul 04.00 WIB dengan membuat adonan tepung beras, gula pasir dan santan.
Adonan yang sudah jadi lalu dimasukan dalam wajan kecil dari tanah liat di atas tungku kecil atau anglo dengan bahan bakar arang. Pembeli yang datang langsung melihat pembuatan kue ini sekaligus menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli yang datang ke toko.
Pada saat Serabi Notosuman dipegang oleh generasi ke-3 mulai merekrut karyawan, dikarenakan semakin banyak pembeli sehingga jika hanya keluarga dan asisten rumah tangganya saja yang membuat tidak akan dapat memenuhi jumlah kuota pembeli yang begitu banyak.
Dalam sehari Nyonya Lidia dapat menghabiskan kurang lebih 100 kg bahan untuk membuat Serabi Notosuman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: