Seorang warga Seoul bernama Ra Ji-soo melaporkan mendengar helikopter di dekat rumahnya pada Selasa (03/12) malam.
Dia mengatakan kepada media bahwa rasanya seperti "kudeta di Myanmar sedang terjadi di Korea. Saya khawatir."
Dia juga mengatakan seorang teman di kepolisian telah menerima perintah mobilisasi darurat dan bergegas ke kantor polisi.
Tayangan televisi menunjukkan polisi dalam jumlah besar dikerahkan di luargedung parlemen di Distrik Yeongdeungpo di Seoul. Bentrokan sempat terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa di luar gedung tersebut.
Seorang perempuan Korea Selatan, yang tidak mau identitasnya diungkap karena faktor keamanan, mengatakan bahwa dia merasa Presiden Yoon "berusaha membatasi kebebasan dan hak setiap orang untuk mengungkapkan kekhawatiran dan penilaian mereka terhadap pemerintah".
"Saya sangat takut Korea Selatan akan berubah menjadi Korea Utara lainnya," tambahnya.
Warga Seoul lainnya, Kim Mi-rim, mengatakan kepada BBC bahwa dia buru-buru mengemas perlengkapan darurat karena khawatir situasinya akan memburuk. Dia mengingat darurat militer puluhan tahun lalu yang menyebabkan sejumlah orang ditangkap dan dipenjara.
Kelegaan mengemuka beberapa jam kemudian setelah dekrit darurat militer dicabut.
Pencabutan itu disambut dengan sorak-sorai dari para pengunjuk rasa yang berkumpul di tengah suhu beku. Para warga berteriak, "Kami menang!" demikian dilaporkan kantor berita AFP.
Bagaimana nasib Presiden Yoon sekarang?
Tidak jelas apa yang terjadi sekarang dan apa konsekuensinya bagi Presiden Yoon.
Beberapa pengunjuk rasa yang berkumpul di luar gedung parlemen pada Selasa (03/12) malam berteriak: "Tangkap Yoon Suk-yeol"!
Tindakan gegabahnya tentu saja mengejutkan Korsel—sebuah negara demokrasi modern yang telah berkembang jauh sejak masa kediktatoran.