JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Korban erupsi Gunung Lewatobi Laki Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur bakal dapat uang Rp60 juta untuk perbaikan.
Pemerintah pusat melalui BNPB bakal memberikan dana bantuan untuk warga yang rumahnya rusak akibat letusan gunung Lewatobi Laki-Laki.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Lukmansyah mengatakan, dana bantuan tersebut untuk perbaikan rumah yang rusak.
Skema dana stimulan untuk perbaikan rumah rusak akibat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki antara lain sebesar Rp60 juta untuk rumah rusak berat, Rp30 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp15 juta untuk rusak ringan.
Lukmansyah turut meminta kepada warga terdampak yang rumahnya rusak akibat erupsi gunung Lewotobi Laki-laki untuk berkomunikasi dengan pemerintah daerah setempat guna pendataan.
BACA JUGA:
Lukmansyah memastikan pihaknya telah memberikan bantuan kebutuhan untuk warga terisolir di Desa Lewatobi pada Jumat, 15 November 2024.
Penyaluran bantuan ini, untuk memastikan bahwa semua warga terdampak erupsi gunung Lewatobi Laki-Laki terpenuhi kebutuhan dasarnya.
"Pemerintah sangat peduli dengan kejadian erupsi ini. Presiden Prabowo pun selalu berpesan agar kebutuhan dasar warga terdampak tercukupi," kata Lukmansyah dalam keterangannya pada Minggu, 17 November 2024.
"Kami memang tidak mengarahkan warga di sini untuk mengungsi karena wilayahnya masih aman, namun karena akses dari dan menuju desa ini terhambat sehingga bisa dikatakan warga di sini terisolir, maka wajib kita bantu," tambah Lukmansyah.
Bantuan yang dibawa BNPB untuk warga Desa Lewotobi meliputi paket sembako 50 paket, hygene kit 20 paket, makanan bayi 20 pack, matras 100 pcs, sleeping bag 20 pcs, tenda keluarga 2 unit, selimut 15 pcs, dan kasur lipat 20 pcs.
BACA JUGA:
Kepala Desa Lewotobi, Tarsisius Muda, melaporkan bahwa meskipun wilayahnya tidak terdampak erupsi secara langsung, namun imbasnya mengakibatkan warga kesulitan mengakses kebutuhan dasar.
Selain itu akses mobilisasi warga terhambat dari Maumere, Kabupaten Sikka yang menjadi pusat pergerakan kehidupan mereka.
Hal ini disebabkan akses jalan menuju desa terdekat masuk dalam zona wilayah rawan bencana yang setiap saat dapat ditutup sesuai dengan rekomendasi otoritas terkait.