'' Artinya sebagai anggota Commonwealth, Bengkulu merupakan Wilayah Teritorial Kekuasaan Inggris di Asia Jauh, ''ujarnya yang juga staf pengajar di MAN 2 Kota Bengkulu kepada Radarpena Kamis 22 Februari 2024.
Jika mengacu kepada konsep Commonwealth, dimana Bengkulu adalah salah satu anggotanya berarti masa itu, provinsi Bengkulu sudah mengenal sistem perdagangan internasional alias ekspor-Impor.
Hal ini sangat wajar, lantaran tanah Bengkulu merupakan negeri yang subur, gemah ripah loh jinawi. Hasil bumi dan rempah-rempah antara lain cengkeh yang laku keras di pasaran Eropa kala itu, sangat melimpah di Bengkulu.
Sebagai sebuah perbandingan, Harga Cengkeh antara abad ke-17-19 di Bengkulu per 1 kilogramnya setara dengan 7 gram emas. Jika kita hitung sekarang, harga satu gram emas murni logam mulia sekarang diangka Rp 1.145.000 (harga update per 22 Februari 2024).
Berarti saat dikalikan dengan tujuh (7), berarti harga cengkeh per 1 kilogram di Bengkulu masa itu sama dengan Rp 8.015.000. Alangkah kayaraya negeri Bengkulu masa itu, sampai-sampai menarik perhatian Ratu Inggris guna menjadikan Bengkulu sebagai anggota Commonwealth.
Pada saat yang bersamaan, Gubernur Jenderal Raffles yang menjadi Gubernur Jenderal di Bengkulu sejak 1818, juga sekaligus sebagai Perwakilan Ratu Elizabeth II di Pulau Sumatera.
Jika kita flash back ke belakang, kata Faisal, sebelum terjadi Traktat London, yakni pada tahun 1714-1719 Koloni Inggris Raya berhasil membangun Benteng Malborough.
Nama Malborough diambil dari sebuah nama Kota yang terletak di dekat Kota Manchester. Sedangkan di dalam abad pertengahan itu Manchester telah menjadi sebuah Kota yang terkemuka.
Benteng Malborough, dibangun oleh Inggris sebagai Benteng Pertahanan mereka di Asia Jauh, selain itu fungsi lain dari Benteng Malbrough sebagai Kantor pusat Kongsi Dagang Inggris di Sumatera pada khususnya dan di Asia Jauh pada umumnya.
Kongsi Dagang Inggris tersebut bernama East India Company (IEC) atau bernama lengkap British East India Company.
Dari literatur sejarah disebutkan , salah satu yang menyebabkan Inggris membuat Traktat London dengan Belanda, yang isinya antara lain Menukar Bengkulu dengan Singapura dikarenakan Inggris memerlukan Pelabuhan Baru yang lebih dekat.
Adapun Pelabuhan Bengkulu, dinilai terlalu jauh untuk mengakomodir, kepentingan bisnis (perdagangan) Inggris.
Jika dikaitkan dengan Keadaan ekonomi, sekarang bermakna bahwa masyarakat atau Provinsi Bengkulu sudah lama mengenal kegiatan perdagangan luar negeri alias ekspor impor.
Hanya saja, transportasi termasuk Pelabuhannya yang tidak ekonomis, karena letaknya yang sangat jauh dimasa itu, dari negeri tujuan.
Sebab itu masalah Pelabuhan yang akomodatif, menjadi hal krusial dibangun di Provinsi Bengkulu, jika ingin meningkatkan kegiatan ekspor-impor alias perdagangan luar negeri yang memiliki dampak keuntungan sangat besar bagi pelakunya, terutama para UMKM yang sekarang mulai menggeliat di Bengkulu.
berbagai hal dari Bengkulu baik pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan merupakan komoditas ekspor yang laku keras di dunia internasional.