Semua tindakan ini menciptakan citra seorang pemimpin yang tidak hanya berbicara dengan kata-kata, tetapi juga melalui bahasa tubuhnya.
Cara khas salaman dan sikap penghormatan tersebut mencerminkan nilai-nilai budaya Indonesia, memberikan dimensi lebih dalam pada analisis mikro ekspresi dalam konteks komunikasi politik dan kepemimpinan.
Budaya Salaman Gibran sebagai Identitas Indonesia
Pada penutup percakapan, Monica dan pembawa acara menyoroti budaya salaman khas Indonesia, terutama di Jawa Tengah atau Solo.
Mereka menggambarkan cara salaman Gibran sebagai inti dari "culture-nya" Indonesia. Salaman yang disebut Salim memiliki makna lebih dari sekadar gestur, melainkan mencerminkan nilai-nilai budaya Indonesia.
Gibran dan orang Indonesia secara umum menganggap salaman sebagai ekspresi hormat dan kesopanan. Bahasa salam Salim menjadi penting dalam menunjukkan sikap ramah, sopan, dan kebersamaan.
"Cara Salaman yang khas itulah yang disebut sebagai culture-nya Indonesia terutama di Jawa Tengah atau Solo. Bahasanya Salim seperti, ini yang kita sebut sebagai cross cultural ini gitu ya jadi karena memang asli Solo."
BACA JUGA:
- Janji Capres 2024: Inilah Rencana Prabowo, Anies, dan Ganjar Jika Terpilih, Apakah Masuk Akal?
- Dr Tifa Sindir Gibran Rakabuming Usai Meminta Maaf atas Aksi Kontroversialnya di Debat Perdana Capres
Di Solo, salaman tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga menggambarkan kehangatan hubungan sosial. Nilai-nilai kekeluargaan, gotong royong, dan rasa hormat tercermin dalam setiap sapaan salaman.
Dengan demikian, salaman Gibran mencerminkan kedalaman nilai-nilai budaya Indonesia, menjadikannya tidak hanya sebagai tindakan formal, tetapi juga sebagai simbol persatuan dan keharmonisan dalam masyarakat Solo dan Indonesia secara keseluruhan.