Meski diserang oleh lima negara, Israel tidak goyah. Pasalnya, pasukan Israel secara umum memiliki keunggulan dalam hal pemimpin militer dan persenjataan yang lebih baik, karena mendapat bantuan dari AS. Alhasil, pasukan dari lima negara Arab justru terdesak.
Di akhir perang tersebut, Israel malah memegang kendali atas wilayah yang lebih luas daripada yang diamanatkan oleh PBB. Meski memenangkan perang, konflik antara Israel dan Palestina tidak reda, bahkan cenderung meningkat eskalasinya di kemudian hari.
Konflik Semakin Memanas
Pasca Perang Arab-Israel yang dimenangkan oleh Israel, konflik yang terjadi tidak begitu saja mereda, melainkan semakin memanas.
Berakhirnya perang tidak segera diikuti dengan resolusi yang mampu mengakomodir Israel maupun Palestina. Sebaliknya, Israel justru semakin menambah wilayah.
Selama beberapa dekade, konflik ini telah mengalami berbagai insiden, perang, dan ketegangan. Berikut adalah beberapa konflik signifikan dalam sejarah konflik Israel-Palestina.
BACA JUGA:
- Rangkaian Peristiwa Sejarah Pantai Kuta Bali, Menyimpan Sejarah Hingga Menjadi Obyek Wisata Terkenal
- Mengulik Fakta Sejarah Benteng Marlborough Peninggalan Inggris Di Kota Bengkulu
1. Perang Enam Hari (1967)
Israel meluncurkan serangan mendadak terhadap negara-negara Arab di sekitarnya pada 1967 dan merebut wilayah yang signifikan, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, dan Dataran Tinggi Golan.
2. Perang Yom Kippur (1973)
Pada 1973, negara-negara Arab meluncurkan serangan mendadak pada hari Yom Kippur, yang mengakibatkan perang berkepanjangan antara Israel dan koalisi negara-negara Arab.
Perang berakhir setelah AS merintis Perjanjian Camp David pada 1978, yang menyatukan Israel dan Mesir dalam perdamaian.
Konflik ini menghasilkan perubahan signifikan dalam dinamika politik Timur Tengah, termasuk peningkatan peran AS dalam menengahi konflik di kawasan tersebut.
Pihak Arab memang tidak mencapai tujuan militer yang signifikan, namun perang ini menggugah kesadaran internasional tentang konflik Israel-Palestina dan memberikan dorongan bagi negosiasi perdamaian.
3. Intifada Pertama (1987-1993)
Intifada Pertama adalah sebuah gelombang demonstrasi, kerusuhan, dan perlawanan sipil yang terjadi di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan wilayah-wilayah pendudukan Israel antara tahun 1987 dan 1993.
Intifada ini dimulai pada Desember 1987 dan berlangsung selama sekitar enam tahun. Kata "intifada" dalam bahasa Arab berarti "pemberontakan" atau "perlawanan".
Intifada Pertama dipicu oleh beberapa faktor, termasuk penindasan dan ketidakpuasan warga Palestina terhadap pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Faktor-faktor yang memicu kemarahan meliputi kebijakan-kebijakan Israel yang meresahkan, seperti pembangunan pemukiman Israel di wilayah-wilayah pendudukan dan peningkatan kontrol militer.
Intifada Pertama terdiri dari berbagai tindakan perlawanan, termasuk protes damai, pemogokan, pemboikotan produk Israel, serta tindakan perlawanan bersenjata seperti lemparan batu dan molotov.