Dari pernikahannya bersama Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila beliau anak bernama Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin atau Raden Qasim (Sunan Drajat), Siti Syari’ah, Siti Muthmainnah, dan Siti Hafsah.
Sementara itu pernikahannya dengan Dewi Karimah memiliki anak yang bernama Dewi Murtasiyah (Istri Sunan Giri), Dewi Murtasimah, Raden Husamuddin, Raden Zainal Abidin, Pangeran Tumapel, dan Raden Faqih.
Sunan Ampel meninggalkan beberapa peninggalan yang juga menjadi sejarah penyebaran agama islam di pulau jawa diantaranya sebagai berikut. :
- Masjid Sunan Ampel
- Masjid Rahmat Kembang Kemuning
- Masjid Jami' Peneleh
- Kampung Arab
- Pesantren Sunan Ampel
- Sumur
- Nadzir
Ada beberapa peninggalan dari Sunan Ampel, salah satunya yaitu Mesjid Agung Demak yang didirikannya bersama dengan Raden Patah yang merupakan raja pertama dari Kesultanan Demak.
Beliau juga merupakan keponakan dari Raja Majapahit.
Bibi dari Sunan Ampel adalah permaisuri dari Prabu Kertawijaya atau Brawijaya yang memerintah mulai tahun 1447-1451.
Sebagai bagian dari Wali Songo, Sunan Ampel memiliki tugas untuk menyebarkan agama Islam.
Sunan Ampel merupakan salah satu Wali Songo yang menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa.
Sunan Ampel dikenal tidak hanya sebagai pendakwah tetapi juga sebagai pembina pondok pesantren pertama di daerah Jawa Timur.
Sunan Ampel datang ke Jawa sekitar tahun 1443 M dan menetap di Tuban, beliau datang bersama saudaranya yaitu Ali Musada dan sepupunya Raden Burereh.
Setelah lama di Tuban, Sunan Ampel Hijrah ke Kerajaan Majapahit untuk menemui sang bibi yaitu Dewi Sasmitraputri.
Tujuan Sunan Ampel datang ke Kerajaan Majapahit karena memenuhi permintaan dari Raja Majapahit yang sedang dalam keadaan suram sebab para bangsawan kerajaan yang lalai dalam menjalankan tugasnya dan tenggelam dalam hidup foya-foya dan bermewah-mewahan.
Di Majapahit, Sunan Ampel tidak hanya mengenalkan agama Islam pada masyarakat tapi juga diminta untuk menyadarkan para adipati dan pembesar yang terlalu banyak berpesta hingga melupakan kondisi kerajaan.
Berikut ini metode dakwah yang terkenal dari Sunan Ampel yaitu falsafah "Moh Limo" yang berarti lima hal yang tercela.
- Moh Main yaitu tidak mau berjudi.
- Moh Ngombe yaitu tidak mau minum minuman keras atau mabuk.
- Moh Maling yaitu tidak mau mencuri.
- Moh Madat yaitu tidak mau menghisap candu.
- Moh Madon yaitu tidak mau berbuat zina.
Sekitar tahun 1467 Masehi, Sunan Ampel tutup usia di Demak. Sementara makam dari Sunan Ampel adalah di bagian barat Masjid Ampel yang terletak di Kota Surabaya.
Demikian penjelasan tentang Sunan Ampel sebagai wali songo yang menyebarkan agama islam di pulau Jawa. ***