Gen Z Dianggap Generasi Paling Sulit untuk Dikelola dan Diajak Bekerja, Ini Alasannya

Gen Z/ilustrasi-ilustrasi-berbagai sumber
JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Gen Z sering menerima kritik karena dianggap sulit diajak bekerja sama dan berkomunikasi.
Generasi ini merasa disalahpahami dan sering kali mendapatkan stigma negatif dari generasi lain maupun pemimpin bisnis.
Banyak manajer perekrutan yang mengklaim bahwa Gen Z adalah generasi paling sulit untuk dikelola dan diajak bekerja.
Namun, pemahaman ini hanya satu sisi cerita. Tidak hanya Gen Z yang perlu beradaptasi dengan budaya kerja tradisional, tetapi perusahaan juga harus mengubah praktik lama mereka agar generasi muda ini bisa berkembang.
Salah satu tantangan terbesar adalah komunikasi. Penelitian menunjukkan bahwa Gen Z sering kali terganggu oleh jargon perusahaan yang mereka anggap kuno dan tidak relevan.
Sebaliknya, mereka membawa “budaya brat” yang mencerminkan nilai-nilai dan cara berpikir mereka yang berbeda ke tempat kerja.
Generasi Z terkenal dengan keinginan mereka untuk umpan balik langsung dan lingkungan kerja yang fleksibel. Sayangnya, pendekatan ini sering berbenturan dengan praktik kerja tradisional.
Salah satu sumber frustrasi adalah jargon perusahaan. Gen Z sering kali mengejek istilah-istilah ini di media sosial seperti TikTok. Di sisi lain, generasi Baby Boomers dan Gen X juga merasa kebingungan dengan istilah slang khas Gen Z yang mulai merambah ke tempat kerja.
Peningkatan pencarian tentang “kamus Gen Z” hingga 55% bulan ini menunjukkan bahwa generasi yang lebih tua berusaha memahami bahasa rekan kerja yang lebih muda.
Cara Berkomunikasi dengan Gen Z
Menurut Avery Morgan, Chief Human Resources Officer di EduBirdie, komunikasi yang buruk antar-generasi tidak hanya canggung tetapi juga dapat mengurangi produktivitas. Berikut adalah empat tips dari Morgan untuk menjembatani kesenjangan komunikasi antara generasi:
1. Hilangkan Jargon Perusahaan
Morgan menyarankan untuk menghindari istilah seperti “synergy” atau “ducks in a row.” Sebagai gantinya, gunakan bahasa yang lebih sederhana dan langsung.
Misalnya, daripada mengatakan “Let’s circle back,” gunakan “Bisakah kita membahas ini besok?” Dengan cara ini, pesan Anda tidak terasa seperti teka-teki yang harus dipecahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: