Tragedi dan Misteri Toko Merah di Jakarta: Antara Sejarah dan Kepercayaan Mistis
Toko Merah yang menyimpan sejarah dan cerita mistis--google
JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Toko Merah, sebuah bangunan bersejarah yang terletak di Jalan Kali Besar Barat Nomor 11, Tambora, Jakarta Barat, menjadi salah satu daya tarik wisata di kawasan Kota Tua.
Tidak hanya dikenal karena arsitekturnya yang memikat, Toko Merah juga menyimpan cerita kelam dan misteri yang masih menjadi perbincangan hingga saat ini.
Dibangun pada tahun 1730 oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, bangunan ini awalnya difungsikan sebagai kediaman para pejabat Belanda, termasuk beberapa Jenderal Gubernur.
Selain itu, Toko Merah juga pernah digunakan sebagai hotel.
Dengan sentuhan arsitektur Tionghoa yang kental, bangunan ini didominasi warna merah yang membuatnya sangat identik dengan nuansa oriental.
BACA JUGA:
Nama 'Toko Merah' sendiri diberikan setelah bangunan ini menjadi milik Oey Liauw Kong, seorang kapten Cina di Batavia pada abad ke-19.
Meski begitu, beberapa sumber menyebut bahwa nama tersebut berasal dari warna merah yang mendominasi bangunan ini.
Namun, nama Toko Merah tak hanya terkait dengan sejarah pemiliknya. Bangunan ini juga memiliki keterkaitan dengan peristiwa tragis yang terjadi pada tahun 1740, yang dikenal dengan nama Geger Pecinan atau Tragedi Angke.
Dalam peristiwa tersebut, sekitar 24.000 orang Tionghoa menjadi korban pembantaian yang dilakukan oleh pasukan VOC atas perintah Gubernur Jenderal Adrian Valckenier.
Selama 13 hari pembantaian yang berlangsung sejak 9 Oktober, terjadi penyiksaan, pemerkosaan, dan penjarahan yang menimbulkan banyak korban jiwa. Mayat-mayat yang tergeletak di sekitar Kali Besar bahkan membuat permukaan air sungai berwarna merah karena darah mereka.
BACA JUGA:
Jejak Misteri dan Kepercayaan Mistis
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: