Belajar dari Tragedi Jeju Air, Mengapa Serangan Burung Berbahaya bagi Pesawat di Angkasa

Belajar dari Tragedi Jeju Air, Mengapa Serangan Burung Berbahaya bagi Pesawat di Angkasa

Bird strike atau serangan burung adalah --

Menurut ICAO, 90 persen bird strike terjadi di dekat bandara. Umumnya, insiden itu terjadi ketika pesawat lepas landas atau mendarat, atau terbang di ketinggian yang lebih rendah di mana sebagian besar aktivitas burung terjadi.

BACA JUGA:Ternyata Menara Kontrol Bandara Sudah Peringatkan Waspada Tabrakan Burung Sebelum Pesawat Jeju Air Jatuh

Dikutip dari media Korea, dampak dari bird strike tergantung pada banyak faktor, termasuk jenis pesawat. Namun, pada pesawat-pesawat kecil, terutama yang bermesin tunggal, bird strike bisa berakibat fatal.

Sejak tahun 1988, 262 kematian akibat bird strike telah dilaporkan di seluruh dunia, dan 250 pesawat hancur.

 

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) menjelaskan bird strike tidak hanya menjadi masalah serius yang menjadi perhatian maskapai penerbangan komersial yang menyebabkan kerugian tahunan dalam jumlah jutaan, tetapi juga mempengaruhi penerbangan umum.

"Banyak pilot yang tidak menyadari bahwa tabrakan dengan burung berbulu halus dapat menyebabkan kerusakan serius," demikian keterangan EASA.

 

EASA mengungkap peluang terjadinya bird strike tergantung pada waktu dan kondisi geografis. Salah satu waktu paling rawan adalah ketika migrasi burung besar-besaran sedang berlangsung.

Menurut EASA formasi burung selama masa migrasi utama, selama musim dingin, dan kemunculan kelompok atau pertemuan massal secara tiba-tiba menghadirkan risiko bird strike.

 

Selain itu, penerbangan rendah, pendaratan di luar bandara, dan lepas landas di luar bandara di dalam atau di sekitar area burung yang terkait dengan pesawat juga berpotensi menimbulkan gangguan.

"Meskipun tampaknya banyak burung yang berkembang biak telah terbiasa dengan lalu lintas udara yang konsisten, seperti yang ditunjukkan oleh prevalensi mereka di dekat bandara dan lapangan terbang, beberapa kawanan burung yang sedang beristirahat atau bermigrasi pada musim dingin dapat bereaksi secara tidak terduga terhadap kendaraan terbang asing ini," ujar EASA.

"Penerbangan rendah di bawah 2.000 kaki AGL dan pendaratan di luar bandara menarik perhatian burung-burung tersebut dan dapat menyebabkan reaksi melarikan diri," keterangan EASA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: