Muslim Wajib Tahu! Inilah Pengertian Makruh dalam Islam, Jenis dan Contohnya

Makruh tahrim tetap dianjurkan untuk dihindari karena melambangkan kepatuhan yang lebih sempurna kepada Allah SWT.

Contohnya termasuk larangan bagi laki-laki memakai sutra atau perhiasan emas, karena kedua hal ini dikhususkan untuk perempuan. 

Contoh lain adalah berkumur atau memasukkan air ke hidung secara berlebihan saat puasa. Hal ini berpotensi membatalkan puasa jika air masuk ke kerongkongan.

2. Makruh Tanzih

Makruh tanzih adalah larangan yang tidak tegas, lebih kepada anjuran moral. Pelakunya tidak mendapat dosa, tetapi meninggalkan perbuatan ini lebih dianjurkan.

Contoh makruh tanzih adalah memakan daging kuda dalam situasi tertentu, seperti saat perang. Walaupun beberapa ulama Hanafiyah menganggapnya haram, mayoritas ulama memandang tindakan ini hanya makruh.

Perbedaan Makruh dan Mubah

Makruh dan mubah sering dianggap serupa, padahal keduanya berbeda. Makruh adalah perbuatan yang lebih baik ditinggalkan karena syariat menganjurkan demikian. 

BACA JUGA:

• Bolehkah Wanita Bekerja Mencari Nafkah? Pandangan Islam tentang Tugas dan Peran Wanita
• Tugas Istri Menurut Islam: Membangun Keluarga yang Bahagia dengan Landasan Agama

Meninggalkan makruh mendapat pahala, sedangkan melakukannya tidak menyebabkan dosa.

Sebaliknya, mubah adalah tindakan yang bebas dilakukan atau ditinggalkan tanpa ada konsekuensi pahala atau dosa. 

Menurut buku Hukum Islam dalam Formulasi Hukum Indonesia karya Hikmatullah, hukum mubah memberikan kebebasan kepada mukallaf (orang yang telah memenuhi syarat hukum) untuk memilih suatu tindakan berdasarkan syariat.

Sebagai contoh, makan dan minum adalah tindakan mubah yang bebas dilakukan selama tidak melanggar ketentuan syariat. 

Sementara itu, tindakan seperti berbicara berlebihan saat shalat, meskipun tidak berdosa, termasuk makruh karena tidak mencerminkan kepatuhan yang sempurna dalam ibadah.

Dengan memahami perbedaan ini, seorang Muslim dapat lebih bijaksana dalam menjalani kehidupannya sesuai dengan syariat.

Sumber: