Prioritas atau Gaya Hidup? Menabung Bijak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Prioritas atau Gaya Hidup? Menabung Bijak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Melalui pemahaman terhadap pola pengeluaran masyarakat, UOB berusaha memberikan edukasi yang tepat mengenai pentingnya tabungan dan investasi jangka panjang.--Radarpena.co.id

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - UOB Indonesia memandang pentingnya literasi keuangan untuk membantu masyarakat memahami dan mengelola keuangan pribadi dengan baik, terutama di tengah tantangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

Hal ini terungkap dalam sesi diskusi “Prioritas atau Gaya Hidup? Menabung Bijak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi” bersama UOB Indonesia di acara Like It! 2024 yang diselenggarakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan di Jakarta, Jumat (8/10).

BACA JUGA:UOB Ajak Generasi Z dan Mileneal Terapkan Budaya Keuangan Sehat

ASEAN Economist UOB Enrico Tanuwidjaja dalam paparannya menyatakan bahwa inflasi dan ketidakpastian ekonomi global mendorong masyarakat untuk mengutamakan tabungan sebagai langkah perlindungan terhadap risiko ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan.

Selain inflasi, ancaman kehilangan pekerjaan juga membuat sebagian besar masyarakat cenderung mengurangi pengeluaran dan meningkatkan tabungan sebagai cadangan darurat. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga merupakan respons umum terhadap ketidakpastian ekonomi global yang meluas.

Di sisi lain, Enrico menyoroti pola konsumsi di kalangan generasi muda Indonesia yang cenderung mengarah pada gaya hidup konsumtif. Menurutnya, konsumsi terhadap barang-barang non-esensial mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Enrico menguraikan bahwa ada empat kategori konsumsi populer di kalangan milenial, yaitu sun (liburan dan perjalanan), skin (produk perawatan kulit), screen (gadget dan perangkat elektronik), dan sugar (makanan dan minuman manis).

Peningkatan konsumsi barang-barang gaya hidup ini, menurutnya, mencerminkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bisa berdampak negatif jika mengurangi proporsi tabungan. Masyarakat pun diminta tetap waspada agar konsumsi tidak mengurangi cadangan untuk masa depan.

Enrico menambahkan bahwa generasi muda perlu mengurangi konsumsi yang berlebihan dan lebih fokus pada peningkatan aset. Jika tren gaya hidup konsumtif terus berlanjut tanpa perhatian terhadap stabilitas keuangan, risiko finansial di masa depan akan semakin besar.

BACA JUGA:Karya Seni yang Menggambarkan Fragmentasi Gambaran Idealisme Memenangkan UOB Painting of the Year 2024

Kekhawatiran Finansial Mendominasi Masyarakat Indonesia

Kekhawatiran finansial menjadi salah satu hal utama yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. 

Hal ini terungkap dalam survei UOB ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2024 yang dilakukan kepada 1000 responden di Indonesia (Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya) serta terdiri dari Gen Z 29%, Gen Y 42%, Gen X 25% & Baby Boomers 4%) dengan income level Mass (<10 juta) 52%, Mass Affluent (10 juta – 59,9 juta) 45%, dan Affluent (≥ RP 60 juta) 3%.

Berdasarkan survei tersebut, sebanyak 76% responden di Indonesia merasa khawatir terhadap kondisi keuangan mereka. Kekhawatiran ini bukan hanya terkait aspek finansial, tetapi juga meluas ke ketidakpastian dalam dunia pekerjaan. Tercatat, 61% responden merasa cemas dengan masa depan pekerjaan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: