Malam Satu Suro: Warisan Tradisi dan Spiritualitas dalam Budaya Jawa

Malam Satu Suro: Warisan Tradisi dan Spiritualitas dalam Budaya Jawa

Malam Satu Suro: Warisan Tradisi dan Spiritualitas dalam Budaya Jawa--foto : tangkapan layar Youtube

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Setiap pergantian tahun baru Jawa, masyarakat Jawa merayakan Malam Satu Suro dengan berbagai tradisi yang sarat makna dan spiritualitas. 

Malam Satu Suro, yang merupakan awal bulan Suro dalam kalender Jawa, memiliki sejarah panjang dan makna yang kaya dalam kebudayaan Jawa. 

Bagaimana sejarah dan makna di balik malam sakral ini? Mari kita telusuri lebih dalam.

Sejarah Kalender Jawa dan Peran Sultan Agung  

Kalender Jawa yang kita kenal sekarang adalah hasil karya Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Kerajaan Mataram pada abad ke-17. Sultan Agung memadukan kalender Saka (berdasarkan pergerakan matahari) dan kalender Hijriah (berdasarkan pergerakan bulan) untuk menciptakan kalender Jawa. 

BACA JUGA:

Pada tahun 1633 Masehi, Sultan Agung menetapkan 1 Suro sebagai awal tahun baru Jawa, menandai tahun pertama kalender Jawa ini.

Pengaruh Sunan Giri II  

Sunan Giri II juga turut memperkenalkan kalender Islam kepada masyarakat Jawa dengan melakukan penyesuaian antara kalender Hijriah dan kalender Jawa, khususnya pada masa kerajaan Demak. 

Ini membuat kalender Jawa semakin kaya dengan pengaruh budaya yang beragam, termasuk Hindu dan Islam.

Makna dan Tradisi Malam Satu Suro

Bulan Suro: Bulan Sakral  

Bulan Suro dianggap sebagai bulan sakral oleh masyarakat Jawa. Mereka percaya bahwa malam ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan berbagai ritual dan doa demi keselamatan dan keberkahan. Ini adalah waktu di mana dunia manusia dan dunia gaib diyakini bertemu.

BACA JUGA:

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: