Terungkap Penyebab Melonjaknya Kasus DBD di Indonesia, Ternyata Pengaruh El Nino

Terungkap Penyebab Melonjaknya Kasus DBD di Indonesia, Ternyata Pengaruh El Nino

Waspada DBD kini sedang meningkat di Indonesia Foto : Disway --

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Penyebab melonjaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) terungkap.

Diketahui Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada 2024 ini mengalami lonjakan. Hingga pertengahan tahun saja, jumlah kasus telah melampaui kasus DBD sepanjang 2024. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan dr. Imran Pambudi MPHM mengungkapkan data kasus pada pekan ke-22 tahun 2024 sebanyak 119.709 kasus. Sedangkan pada 2023 sejak Januari hingga Desember mencapai 114.720.

Begitu pula dengan angka kematian akibat DBD tahun 2023 sebanyak 894 kasus.Sedangkan kematian akibat DBD di semester pertama 2024 sebanyak 777 kematian.

Lonjakan kasus DBD biasanya dipengaruhi oleh siklus tahunan akibat fenomena El Nino yang berimbas pada kemarau panjang. Di mana, nyamuk akan semakin sering menggigit ketika suhu meningkat.

BACA JUGA:

“Kita ada penelitian waktu suhunya itu 25 derajat Celcius itu menggigitnya tiap 5 hari sekali, tapi kalau naik jadi 30 dia akan menggigit tiap 2 hari sekali," ungkap Imran, dikutip dari YouTube Kemenkes, Sabtu, 29 Juni 2024.

Kendati demikian, siklus ini semakin sulit diprediksi karena adanya perubahan iklim.

“Dulu ada siklusnya dan siklus ini ternyata berhubungan dengan fenomena El Nino. Namun akhir-akhir ini periode siklusnya semakin pendek karena climate change membuat perubahan yang cukup drastis," katanya.

Imran pun memaparkan bagaimana siklus tahunan meningkatnya kasus DBD yang semakin pendek intervalnya.

BACA JUGA:

“Sejak tahun 1968 di mana dengue mulai ditemukan di Indonesia di Jakarta dan Surabaya, kita lihat bahwa dulu (siklusnya) 10 tahun, kemudian masuk ke 2010 sudah mulai 3 tahunan, dan sekarang mungkin lebih pendek lagi," paparnya.

Begitu pula berdasarkan grafik bulanan, terlihat kasus DBD mulai meningkat pada November dan Desember.Kemudian mencapai puncaknya pada Februari atau Maret.

“Dari siklus bulanan ini kita tahu bahwa setiap tahun, peningkatannya mulai November-Desember dan puncaknya sekitar bulan Februari-Maret. Itu pasti akan terjadi puncak jumlah kasus di Indonesia. Polanya sama (tiap tahun). Pada grafik yang ditunjukkannya, terlihat kasus tertinggi pada 2016 di antara 10 tahun terakhir, 2013-2023. Inilah yang kita perlu waspadai. Sekarang mungkin nggak ada siklus, terutama di Jakarta. Periodenya juga semakin lama semakin pendek," pungkasnya.(zahro)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: