Mengulik Sejarah dari Hari Buku Nasional Setiap 17 Mei, Inilah Sosok Pencetusnya

Mengulik Sejarah dari Hari Buku Nasional Setiap 17 Mei, Inilah Sosok Pencetusnya

Ilustrasi buku.-Foto: Unsplash.com/JessicaRuscello-

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Hari peringatan, hari perayaan, dan hari-hari besar hampir terjadi di setiap harinya, baik di negara-negara tertentu saja maupun di seluruh dunia.

Hari-hari tersebut pun dirayakan dengan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan namanya. 

Hari Buku Nasional di Indonesia sendiri di peringati setiap tanggal 17 Mei. Tahun, ini, Hari Buku Nasional jatuh pada hari ini, Jumat, 17 Mei 2024. Adanya peringatan Hari Buku Nasional adalah untuk menumbuhkan minat membaca buku di masyarakat Indonesia.

Hari Buku Nasional mulai diperingati pada tahun 2002. Pertama kali Hari Buku Nasional dicetuskan oleh Abdul Malik Fadjar.

Saat itu, Abdul Malik Fajar merupakan seorang Menteri Pendidikan yang menjabat di era Kabinet Gotong Royong (2001-2004), dikutip dari laman Perpustakaan Lembaga Ketahanan Nasional RI.

Latar belakang diperingati Hari Buku Nasional adalah rendahnya angka melek huruf dan juga menurunnya penjualan buku di Indonesia pada kala itu.

BACA JUGA:

Pada tahun 2002, UNESCO angka melek huruf di Indonesia pada orang dewasa berusia 15 tahun ke atas hanya 87,9 persen, dikutip dari dipersip.pangkalpinangkota.go.id.

Pada saat itu, angka tersebut tergolong rendah di bandingkan negara-negara lain. Peringatan Harbuknas dilatarbelakangi oleh rendahnya angka melek huruf dan penjualan buku Indonesia saat itu.

Menurut data UNESCO tahun 2002, angka melek huruf orang Indonesia dewasa atau penduduk berusia 15 tahun ke atas hanya 87,9 persen. 

Angka ini lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen) dan Thailand (92,6 persen).

Selain itu, Indonesia hanya mampu mencetak rata-rata 18.000 buku per tahun, jauh di bawah Jepang (40.000 judul) dan China (140.000 judul).

Sementara itu UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. 

Riset berbeda bertajuk Worlds Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: