Tindak Asusila Si 'Abang Nathan' Termasuk Gangguan Psikologis?

Tindak Asusila Si 'Abang Nathan' Termasuk Gangguan Psikologis?

Ilustrasi pelecehan seksual.-Foto: Instagram.com/BerbagaiSumber-

Di dalamnya, bersemayam tiga sifat sekaligus, yaitu narsisme, psikopati dan machiavellianisme.Mari kita kupas yang pertama terlebih dahulu.

Narsisme merupakan pandangan seseorang yang melambung atas dirinya sendiri. Mereka biasanya kurang memiliki empati.

Orang narsistik tak peduli apakah kamu suka atau tidak dengan tindakan mereka karena mereka sendiri berpikir kalau dirinya kuat dan layak dikagumi.

Pelaku pelecehan seksual yang berkepribadian narsistik akan membenarkan tindakan pelecehan yang mereka lakukan dan menganggap korban "pantas untuk mendapatkannya".

Sebagai contoh, pelaku melakukan catcalling dan ketika korban risih, pelaku akan berujar kalau ini adalah hal yang wajar diterima karena korban memiliki fisik yang rupawan.

Eksploitatif dan Manipulatif

Masih dalam teori triad kegelapan, pelaku pelecehan seksual bersifat psikopati. Artinya, mereka kerap mendominasi orang lain, tidak punya empati, sering mengeksploitasi, manipulatif dan cenderung impulsif agresif, ujar laman Psychology Today.

Orang yang psikopat akan melecehkan orang lain dengan sadar dan tidak merasa bersalah telah melakukannya.

Jika ada peluang yang muncul dengan sendirinya, mereka tak segan-segan mengambil kesempatan untuk melecehkan orang lain. Peluang ini juga bisa diciptakan oleh dirinya sendiri untuk menjerat korban.Last one, pelaku pelecehan seksual juga punya sifat machiavellianism.

Secara garis besar, ini dapat diartikan sebagai ketiadaan moral dan penuh tipu daya. Pelaku pelecehan seksual biasanya memiliki gabungan ketiga sifat ini (narsistik, psikopati dan machiavellianism).

BACA JUGA:

Cenderung Misoginis dan Menganggap Perempuan Sebagai Objek

Berbicara pada lingkup yang lebih spesifik, yakni pelecehan yang dilakukan oleh pelaku laki-laki ke korban yang berjenis kelamin perempuan.

Pelaku pelecehan biasanya cenderung misoginis, menganggap relasi antara kedua gender tidak setara dan menganggap perempuan sebagai objek semata.

Contohnya, pelaku berujar, "Salah mereka sendiri, kenapa keluar malam?" atau "Kenapa gak melawan saja? Berarti sama-sama mau dong" pada korban pelecehan seksual dan korban pemerkosaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: