Konflik di Laut Merah Mengganas, Ladang Minyak Terancam dan Dunia Terancam Inflasi

Konflik di Laut Merah Mengganas, Ladang Minyak Terancam dan Dunia Terancam Inflasi

Perdagangan Minyak Dunia Terancam lantaran Konflik di Laut Merah yang semakin mengganas--

Dari front yang lain, ketegangan juga mulai memuncak antara Israel dengan milisi pro-Iran yang merupakan sekutu dari Hamas, Hizbullah. 

Saling serang antara Hizbullah dan Israel pun kerap terjadi, dengan Tel Aviv memutuskan evakuasi warga sipil di kota Kiryat Shmona yang dekat dengan Lebanon.

 

Harga Barang Makin Mahal, Minyak Naik 100 persen

Situasi ketegangan di Timur Tengah telah menimbulkan efek global. 

Ini disebabkan karena strategisnya Dunia Arab itu di panggung perdagangan internasional global dan menjadi pusat produksi migas dunia.

 

Beberapa raksasa perkapalan dunia seperti Maersk, Mediterranean Shipping Company (MSC), Ocean Network Express (ONE), Hapag Lloyd, dan Hyundai Merchant Marine (HMM) memilih untuk menghindari perairan Laut Merah, yang mengakomodir 15 persen perdagangan dunia, akibat serangan Houthi. Mereka memilih untuk memutar ke Tanjung Harapan di ujung Selatan Afrika, meski waktu tempuh bertambah yang juga ikut meningkatkan ongkos pelayaran.

Hal ini akhirnya berdampak pula pada kenaikan tarif pengiriman.

Tarif Angkutan Barang dari Asia ke Eropa Utara meningkat sebanyak lebih dari dua kali lipat pada minggu ini, menjadi di atas 4000 dolar AS (Rp 62 Juta) per unit 40 kaki.

Situasi ini bisa berakibat membawa dunia dalam ancaman keterlambatan dan akhirnya berdampak pada sistem rantai pasok global.

Inflasi juga akan semakin mengintai sebagai akibat lonjakan harga pengiriman.

 

Harga minyak juga berpotensi melonjak akibat ketegangan ini.

Kepala penelitian minyak Goldman Sachs, Daan Struyven mengatakan bahwa harga minyak dunia bisa melonjak 20 persen hingga 100 persen apabila konflik ini meluas ke Selat Hormuz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: