Ketahui Fakta Subvarian Eris, Pemicu Peningkatan Kasus Covid-19 di Wilayah Asia

Ketahui Fakta Subvarian Eris, Pemicu Peningkatan Kasus Covid-19 di Wilayah Asia

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Belum lama Presiden Jokowi resmi mancabut pencabutan status pandemi COVID-19 di Indonesia sejak Juli 2023, ternyata kasus COVID-19 belum benar berakhir.

Pasalnya, tren kasus Covid-19 di Indonesia tengah mengalami kenaikan menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2024. Pemicu kenaikan kasus ini diduga oleh subvarian baru Eris atau EG.5 dan EG.2.

Hal ini diungkapkan oleh Siti Nadia Tarmizi, selaku Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang menyebutkan kasus Covid-19 di Indonesia naik disebabkan subvarian EG.5 dan EG.2.

Eris merupakan turunan dari varian Omicron, hingga saat ini Omicron masih menjadi varian yang mendominasi penularan Covid-19 di dunia.

BACA JUGA: Covid-19 di Indonesia Kembali Meningkat Akibat SubVarian Omicron, Kemenkes Ingatkan Hal Ini

BACA JUGA:Covid-19 di Singapura Meningkat, Sandiaga Uno Antisipasi Warga Indonesia Kembali Pakai Masker

Nadia juga mengatakan subvarian eris sebenernya sudah ada sejak lama. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lembaga kesehatan lainnya telah mewaspadai subvarian tersebut sejak awal tahun 2023. 

Namun tampaknya subvarian Eris kembali bergejolak di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Di Indonesia sendiri, subvarian ini ditemukan pertama kali pada bulan Maret 2023 lalu.

Hingga pada bulan Oktober dan November 2023, kasus Covid-19 di Indonesia akibat subvarian Eris ini tercatat mengalami peningkatan sebesar 58,9 persen.

Namun, kini tampaknya subvarian Eris kembali bergejolak di dunia, tak terkecuali di dunia. Kasus Covid-19 di RI sepanjang November tercatat mengalami peningkatan 58,9 persen dari Oktober.

Apa itu varian EG.5?

Berdasarkan para ahli varian EG.5 adalah cabang dari Omicron dan turunan dari sublineage XBB. Subvarian ini diketahui dapat menyebar dengan cepat sehingga dijuluki "Eris". Disebutkan juga EG.5 adalah turunan dari XBB 1.9.1, dengan mutasi ekstra pada protein spikenya.

"Jika kita melihat urutannya, EG.5 sangat mirip dengan varian XBB lain yang beredar saat ini, dengan beberapa perubahan kecil," kata Dr. Andrew Pekosz, ahli virologi di Universitas Johns Hopkins.

Diketahui WHO menambahkan EG.5 masuk ke dalam daftar varian yang dipantau pada 19 Juli 2023. Namun varian baru ini pertama kali mulai terdeteksi pada Februari 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: