Sambutan Baik Ditengah Ancaman, Hamas Ingin Perpanjang Masa Gencatan Senjata

Sambutan Baik Ditengah Ancaman, Hamas Ingin Perpanjang Masa Gencatan Senjata

BACA JUGA:Gara-gara Bimax, Kini muncul Video Viral Jalanan Polkadot di Lampung

BACA JUGA:Baru Tahu! Ternyata 7 Produk Teknologi Asal Israel Ini Dipakai di Indonesia, Salah Satunya iPhone!

Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada Biden bahwa Israel akan melanjutkan serangan di Gaza dengan kekuatan penuh setelah gencatan senjata sementara berakhir.

Namun, Netanyahu mengaku menyambut baik rencana perpanjangan gencatan senjata jika hal itu dapat memfasilitasi pembebasan sepuluh sandera tambahan setiap hari, seperti yang telah disepakati dalam kesepakatan awal yang ditengahi oleh Qatar.

Namun, Netanyahu mengaku menyambut baik rencana perpanjangan gencatan senjata jika hal itu dapat memfasilitasi pembebasan sepuluh sandera tambahan setiap hari, seperti yang telah disepakati dalam kesepakatan awal yang ditengahi oleh Qatar.

Sebelumnya, Israel dan milisi Hamas sepakat gencatan senjata empat hari usai nyaris 50 hari pasukan Zionis menggempur Palestina. 

Gencatan senjata ini mulai berlaku pada 24 November pukul 07.00 waktu Gaza atau 12.00 WIB.

 

Kesepakatan tersebut mencakup jeda pertempuran, lebih banyak bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, hingga pertukaran tahanan atau sandera dari kedua pihak.

Menyoal pertukaran tahanan ini, mereka sepakat bahwa sandera dari Gaza akan dibebaskan 50 orang, sementara dari Israel 150 orang. 

Pembebasan ini berlangsung secara bertahap.

Ini merupakan gencatan senjata pertama dalam konflik tersebut sejak para pejuang Hamas melakukan serangan di Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.

Menanggapi serangan tersebut, Israel bersumpah untuk menghancurkan militan Hamas yang menguasai Gaza, membombardir daerah kantong tersebut dan melancarkan serangan darat di bagian utara.

Akibat bombardir Israel, otoritas kesehatan Palestina mengatakan sekitar 14.800 orang tewas dan sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: