Puluhan Roket Hizbullah Tembus Iron Dome, Peringatan Keras Bagi Israel

Puluhan Roket Hizbullah Tembus Iron Dome, Peringatan Keras Bagi Israel

Puluhan Roket Hizbullah Hujani Israel-ilustrasi-Berbagai sumber

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Kelompok Hizbullah menembakkan puluhan roket 'Katyusha' ke sebuah pangkalan militer Israel di Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada Senin 5 Mei 2024. 

Serangan puluhan roket milik kelompok Hizbullah merupakan balasan atas serangan Israel yang menewaskan empat orang di Lebanon selatan.

Media resmi Lebanon melaporkan bahwa tiga orang terluka dalam serangan Israel pada Senin 6 Mei 2024 dini hari waktu setempat.

Terkait serangan itu, militer Israel mengatakan mereka menyerang sebuah "kompleks militer" Hizbullah.

"Para petempur Hizbullah meluncurkan "puluhan roket Katyusha" yang menargetkan "markas besar Divisi Golan di pangkalan Nafah," katanya, dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir kantor berita AFP.

BACA JUGA:Brigade Al Qassam Tak Gentar dengan Rencana Operasi Militer Israel di Rafah

BACA JUGA:Ketar-ketir! PM Israel Benjamin Netanyahu Disebut Stres soal Surat Penangkapan dari ICC, Ancam Balas Palestina

Hizbullah menyebut hal itu "sebagai respons terhadap serangan musuh yang menargetkan wilayah Bekaa.

Diketahui, Israel dan Hizbullah Lebanon telah saling baku tembak secara rutin di lintas perbatasan sejak serangan kelompok Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel selatan, yang memicu perang di Jalur Gaza.

Kantor berita resmi Lebanon, National News Agency melaporkan, dalam beberapa minggu terakhir, sekutu Hamas, Hizbullah, telah meningkatkan serangannya terhadap Israel utara, dan militer Israel telah menyerang lebih jauh ke dalam wilayah Lebanon.

"Pesawat tempur musuh melancarkan serangan sekitar pukul 01.30 dini hari tadi terhadap sebuah pabrik di Sifri, melukai tiga warga sipil dan menghancurkan bangunan tersebut," demikian laporannya

Sifri terletak di Lembah Bekaa Lebanon, dekat kota Baalbek, sekitar 80 kilometer dari perbatasan Israel-Lebanon.

Berdasarkan laporan AFP, Setidaknya 390 orang tewas dalam hampir tujuh bulan kekerasan lintas batas. Sebagian besar dari mereka adalah militan tetapi juga termasuk lebih dari 70 warga sipil.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: