Brigade Al Qassam Tak Gentar dengan Rencana Operasi Militer Israel di Rafah

Brigade Al Qassam Tak Gentar dengan Rencana Operasi Militer Israel di Rafah

Pesawat tempur Israel melancarkan serangkaian serangan udara di berbagai wilayah kota Rafah, di selatan Jalur Gaza, Senin 6 Mei 2024-Foto: WaFa-

GAZA, RADARPENA.CO.ID-Kelompok pejuang Kemerdekaan Palestina, Hamas tak gentar dengan rencana operasi militer Israel di Kota Rafah, GAZA

Sebagaimana diwartakan, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu menekankan bahwa pemerintahnya tidak akan pernah menyerah pada tujuan militernya di Gaza. 

Netanyahu mengatakan bahwa penarikan mundur Israel dari Gaza berarti penyerahan diri Israel, sekaligus kemenangan besar bagi Hamas dan Iran. 

BACA JUGA:BPS Catat Harga Bawang Merah dan Putih Masih Naik di Awal Mei 2024

Menurutnya, Israel telah dan masih siap untuk membuat kesepakatan mengenai jeda pertempuran untuk memastikan pembebasan orang-orang Israel yang diculik. 

Sementara Pimpinan ayap militer Hamas, Brigade Al Qassam mengaku siap memberi perlawanan demi melindungi rakyat Palestina.

"Operasi militer di Rafah tidak akan mudah bagi tentara pendudukan fasis. Perlawanan gagah berani kami, yang dipimpin oleh Brigade Qassam, sepenuhnya siap untuk melindungi rakyat kami," tulis gerakan tersebut melalui Telegram, Senin 6 Mei 2024. 

Hamas bahkan siap menggagalkan serangan Israel.  "Kamis siap mengalahkan musuh ini, menggagalkan rencananya, dan menggagalkan tujuannya," ucapnya.

BACA JUGA:Brigade Al-Qassam Mungkin Dibubarkan Jika Negara Palestina Terbentuk

Sebelumnya, Hamas sedang mempertimbangkan proposal baru untuk kesepakatan penyanderaan yang diajukan oleh Mesir, yang mengharuskan pelepasan 33 sandera Israel. Ini sebagai imbalan atas gencatan senjata sementara di Jalur Gaza.

Proposal yang disusun dengan bantuan Israel itu terdiri dari dua tahap. 

Tahap pertama dari perjanjian tersebut mencakup pembebasan 20-33 sandera selama beberapa minggu, dengan imbalan jeda pertempuran dan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.

Durasi gencatan senjata bisa diperpanjang dengan bergantung pada jumlah sandera yang dibebaskan. 

Kemudian, sebagai bagian dari kesepakatan, Hamas diminta untuk menukar sandera yang tersisa, termasuk tentara Israel dan jenazahnya dengan lebih banyak lagi tahanan Palestina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: