Terungkap! Sumber Dana Perang Israel di Gaza Ternyata dari Utang, Totalnya Ratusan Triliun Rupiah, Siapa yang Mendanai?

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID -  Kementerian Keuangan Israel mengaku, bahwa modal anggaran untuk menggempur militan Hamas di Gaza, Palestina melalui dana utang USD7,8 miliar atau setara Rp121 triliun (asumsi kurs Rp15.596 per dolar AS).

Kemenkeu Israel menyebut, lebih dari setengah utang tersebut berupa mata uang dolar AS yang diambil dari penerbitan surat utang di pasar internasional. 

Kemudian, nominal tersebut digenapkan dari penarikan utang baru 3,7 miliar shekel atau Rp15 triliun pada awal pekan ini. Ini diambil dari lelang obligasi di pasar lokal.

"Kemampuan pendanaan Israel memungkinkan pemerintah membiayai seluruh kebutuhannya secara penuh dan optimal," kata Divisi Accountant General Kemenkeu Israel, dikutip dari Reuters.

BACA JUGA:

• Tak Kalah Enak! Ini 4 Macam Es Krim yang Bukan Pro Israel dan Tersedia di Alfamart, Apa Saja?
• Pemerintah Minta Hati-hati Sikapi Fatwa MUI soal Boikot Produk Israel, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Merugikan Banyak Pihak!

Namun, dampak utang tersebut, berdampak terhadap defisit anggaran Israel yang terus melebar. 

Pada Oktober 2023 lalu, defisitnya telah mencapai 22,9 miliar shekel alias meningkat 4,6 miliar shekel dari bulan sebelumnya.

Warga Gaza Terancam Kelaparan

Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP) PBB, Cindy McCain mengatakan, sejauh ini hanya sepuluh persen pasokan makanan yang masuk ke Gaza sejak perang antara Hamas dengan Israel.

Hal itu, membuat warga Gaza saat ini tengah menghadapi risiko Kelaparan yang meluas karena hampir seluruh penduduk membutuhkan bantuan makanan.

"Persediaan makanan dan air praktis tidak ada di Gaza dan hanya sebagian kecil dari kebutuhan yang datang melalui perbatasan," kata Cindy McCain, dikutip dari Wafa.

BACA JUGA:

• Rekomendasi Shampo Lokal Pengganti Shampo Pro Israel yang Terboikot

Terlebih lagi, kata Cindy, musim dingin tahun ini sudah semakin dekat, sedangkan tempat penampungan camp pengungsian tidak aman dan penuh sesak.

"Kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan," ujarnya.

Sumber: