Review Film Barbie 2023 – Boneka Jadi Nyata
JAKARTA, RADARPENA - Pertama kali dirilis pada 9 Maret 1959, boneka Barbie telah menemani masa kecil banyak anak perempuan dari berbagai generasi hingga saat ini.
Tidak hanya dalam bentuk boneka, Barbie juga merambah ke game, lalu ke film animasi sejak 2001. Setelah sekian lama menjadi salah satu boneka terpopuler, Barbie akhirnya “dihidupkan” di film live action.
Barbie digarap oleh Greta Gerwig, sosok yang juga menyutradarai Little Women (2019) dan Lady Bird (2017). Film live action ini menampilkan banyak versi Barbie dan Ken sekaligus, yang diperankan oleh Margot Robbie (Barbie protagonis), Ryan Gosling (Ken protagonis), Kate McKinnon, Simu Liu, dan aktor ternama lainnya. Film ini juga menampilkan karakter manusia, yang diperankan oleh America Ferrera, Will Ferrell, Rhea Perlman, dan aktor lainnya.
Film ini berkisah tentang Stereotypical Barbie (Margot Robbie) yang tiba-tiba memikirkan kematian dan kehidupan indahnya seketika menjadi kacau. Untuk mengatasi masalahnya, Weird Barbie menyarankan Stereotypical Barbie pergi ke dunia nyata untuk mencari jawabannya.
Ken versi Ryan Gosling yang begitu menyukai Stereotypical Barbie diam-diam mengikuti Barbie pergi ke dunia nyata.
Anda yang sudah melihat trailer Barbie pastinya tahu bahwa film ini menampilkan suatu realitas alternatif bernama Barbie Land, yang menjadi tempat tinggal untuk berbagai jenis Barbie dan Ken.
Menariknya di film ini, para Barbie dan Ken dibuat sadar tentang keberadaan dunia nyata, bahkan mereka tahu cara untuk pergi ke dunia nyata. Dari sini saja kamu mungkin sudah bisa membayangkan betapa absurdnya konsep yang diangkat film ini.
Keabsurdan yang ditampilkan Barbie jelas menjadi elemen komedi di film ini dan sebenarnya tepat jika diterapkan kepada karakter yang berasal dari Barbie Land.
Namun, yang cukup mengganggu bagi saya adalah ketika para petinggi Mattel, yang merupakan karakter dari dunia nyata, malah dibuat absurd. Apalagi, karakter CEO Mattel, yang diperankan Will Ferrell, hadir dengan motif yang kurang jelas.
CEO Mattel awalnya dibuat seakan-akan menjadi villain film ini, sampai dia mengejar Barbie hingga ke Barbie Land. Namun seiring berjalannya waktu, motif villainnya CEO Mattel hilang begitu saja karena ada karakter lain yang jadi villain sesungguhnya.
Begitu tiba di Barbie Land, kehadiran CEO Mattel dan anak buahnya tidak memberikan dampak berarti pada cerita filmnya. Keberadaan mereka terasa bak formalitas untuk menyertakan Mattel, perusahaan yang memproduksi Barbie, di film.
Enggak hanya sekadar film komedi, Barbie hadir sebagai satir untuk mengangkat berbagai isu yang berhubungan dengan feminisme, ditambah lagi dengan isu tentang hubungan ibu dan anak.
Namun dengan durasinya yang hanya 1 jam 54 menit, rasanya terlalu banyak hal yang terjadi dalam satu film tersebut, apalagi ketika memasuki pertengahan hingga akhir film.
Greta Gerwig, sutradara sekaligus penulis naskah Barbie, bahkan sangat terang-terangan menyuarakan isu feminisme di filmnya. Pesan feminismenya disampaikan dengan cara yang cukup ekstrem. ***(dms)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: