Menghina seorang Muslim tanpa alasan yang dibenarkan adalah tindakan dosa besar (kefasikan). Bahkan jika dilakukan dalam bentuk candaan, perbuatan ini tetap haram karena bercanda tidak menghilangkan dampak buruk dari hinaan tersebut.
BACA JUGA:
- Umat Muslim Wajib Tahu! Keutamaan Shalat di Hijir Ismail, Tempat Paling Mustajab Terkabulnya Do'a
- Pengertian Taubat, Macam-macam, dan Syaratnya agar Diterima Allah
3. Bercanda dengan Kata-Kata Kasar Dilarang
Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik dalam bercanda. Beliau bercanda dengan sopan tanpa melukai perasaan orang lain. Ketika para sahabat bertanya tentang kebiasaan bercandanya, Nabi ﷺ bersabda:
إِنِّي لَا أَقُولُ إِلَّا حَقًّا
"Sesungguhnya aku tidak mengatakan sesuatu kecuali yang benar." (HR. Tirmidzi, no. 1990)
Ulama besar seperti Ibn ‘Uthaymin (rahimahullah) memiliki pendapat :
Kata-kata kasar, tuduhan palsu, dan cemoohan tidak diperbolehkan dalam candaan, karena setiap Muslim memiliki kehormatan yang harus dijaga. Bahkan jika niatnya bercanda, dampak dari perkataan tersebut tetap dapat menimbulkan luka batin dan konflik. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, 24/2).
4. Dampak Buruk dari Mengolok-olok
Mengolok-olok, meskipun dianggap ringan, akan tetapi, itu dapat meninggalkan bekas luka di hati seseorang. Allah ﷻ berfirman:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينً
"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, 'Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik.' Sesungguhnya setan itu (selalu) menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sungguh, setan adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS. Al-Isra: 53)
Ayat ini menegaskan pentingnya memilih kata-kata yang baik untuk menghindari perselisihan. Candaan yang mengolok-olok sering kali menimbulkan dendam dan kebencian, meskipun awalnya dimaksudkan sebagai lelucon.
Itulah beberapa penjelasan tentang mengolok-olok. Dapat dilihat kalau islam melarang kita untuk mengolok-olok orang. Kita harus selalu menjaga ucapan kita karena lidah seseorang itu lebih tajam daripada belati.
(Mikail Mohammad Imam Muda)