Salah satu kekuatan utama film Sumala adalah pesan moral yang ingin disampaikannya. Intinya adalah, melakukan perjanjian dengan kekuatan jahat dan melakukan kekerasan terhadap anak-anak merupakan tindakan ceroboh yang dapat mendatangkan konsekuensi buruk di masa depan.
Film ini menampilkan bagaimana pilihan Sulastri (Luna Maya) untuk bersekutu dengan iblis berakhir dengan tragedi bagi keluarganya. Meskipun niatnya hanya untuk memiliki anak, dampak dari pilihannya ternyata jauh lebih besar daripada yang ia duga.
Bagi para pecinta film horor yang mengedepankan elemen kekerasan, Sumala menawarkan banyak konten untuk memuaskan selera mereka. Tak perlu menunggu lama untuk melihat adegan kejam, karena bahkan pada posternya sudah terlihat momen-momen berdarah.
Film ini berani menunjukkan detail yang menakutkan saat Sumala melaksanakan rencananya untuk membalas dendam. Bagi penggemar genre slasher yang disertai musik latar yang menambah ketegangan, film ini pasti tidak akan mengecewakan.
Meskipun terdapat adegan gore yang kejam, Sumala memiliki kelemahan yang cukup mencolok, terutama pada bagian awal. Alur cerita yang bergerak lambat dan tidak fokus pada pengembangan elemen horor membuat penonton merasa jenuh.
Banyak adegan di awal film yang terasa berulang, memaksa penonton untuk bersabar hingga ketegangan yang sebenarnya muncul. Beberapa mungkin merasa kecewa dengan ritme yang lambat dan kurangnya kengerian di paruh pertama film.
Sumala memberikan pengalaman horor yang kuat bagi penonton yang menyukai film berdarah dengan cerita yang gelap. Film ini menyajikan visual yang mengerikan serta menyampaikan pesan moral yang jelas.***