JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Dalam beberapa tahun terakhir, tren hemodialisa atau cuci darah mengalami peningkatan di kalangan anak muda.
Hemodialisa, yang pada awalnya dikenal sebagai terapi pengganti ginjal bagi mereka yang berusia lanjut atau dengan riwayat penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi, kini semakin banyak dilakukan oleh pasien dari kelompok usia yang lebih muda.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan pakar kesehatan, mengingat penyakit ginjal sering kali dianggap sebagai penyakit degeneratif yang berkembang seiring usia.
Penyebab Meningkatnya Hemodialisa di Kalangan Anak Muda
Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan kasus gagal ginjal yang berujung pada kebutuhan hemodialisa di kalangan anak muda:
-
Gaya Hidup Tidak Sehat Gaya hidup modern yang serba cepat sering kali mendorong anak muda untuk mengonsumsi makanan instan yang tinggi garam, gula, dan lemak. Pola makan seperti ini dapat memperburuk kesehatan ginjal, terutama jika dikombinasikan dengan kurangnya aktivitas fisik dan kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol berlebihan.
-
Konsumsi Obat dan Suplemen yang Tidak Terkontrol Anak muda sering kali mengonsumsi obat-obatan atau suplemen tanpa konsultasi dokter, termasuk penggunaan obat pereda nyeri secara berlebihan. Penggunaan obat-obatan ini dalam jangka panjang dapat merusak ginjal dan mempercepat kerusakan organ tersebut.
-
Kecenderungan Obesitas Obesitas adalah salah satu faktor risiko utama untuk penyakit ginjal kronis. Meningkatnya tingkat obesitas di kalangan anak muda akibat pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik turut meningkatkan risiko gagal ginjal.
-
Kurangnya Kesadaran akan Penyakit Ginjal Banyak anak muda tidak menyadari pentingnya menjaga kesehatan ginjal karena penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala signifikan pada tahap awal. Kurangnya pemeriksaan rutin dan pengetahuan tentang kesehatan ginjal menyebabkan banyak kasus baru terdeteksi saat kondisinya sudah parah.
-
Pengaruh Teknologi dan Pola Hidup Sedentari Ketergantungan pada teknologi, termasuk penggunaan gawai yang berlebihan dan duduk dalam waktu lama, berkontribusi pada pola hidup sedentari. Aktivitas fisik yang rendah dapat memicu berbagai penyakit metabolik, termasuk penyakit ginjal.
Dampak Hemodialisa bagi Anak Muda
Hemodialisa adalah prosedur yang sangat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Bagi anak muda, yang umumnya aktif dan produktif, menjalani hemodialisa secara rutin dapat menjadi tantangan besar.
- BACA JUGA:Penyakit Ginjal dan Cuci Darah: Upaya Medis untuk Memperpanjang Hidup
- BACA JUGA:7 Manfaat Daun Pecah Beling untuk Kesehatan: Obati Batu Ginjal hingga Turunkan Kolesterol
Beberapa dampak yang sering dihadapi pasien muda yang menjalani hemodialisa meliputi:
-
Keterbatasan Aktivitas Harian Hemodialisa membutuhkan waktu berjam-jam, biasanya dilakukan beberapa kali dalam seminggu. Ini dapat mengganggu aktivitas harian, seperti pekerjaan, pendidikan, dan kehidupan sosial.
-
Efek Samping Fisik Pasien hemodialisa sering kali mengalami efek samping fisik, seperti kelelahan ekstrem, tekanan darah rendah, dan mual setelah sesi terapi. Hal ini mengurangi produktivitas dan kemandirian dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
-
Beban Psikologis Proses hemodialisa yang panjang dan berkelanjutan dapat memicu stres, kecemasan, dan depresi, terutama bagi anak muda yang merasa terjebak dalam rutinitas medis yang berat. Mereka juga harus berhadapan dengan batasan diet dan asupan cairan yang ketat.
-
Biaya Pengobatan Meski banyak program asuransi yang menanggung biaya hemodialisa, pasien sering kali harus menghadapi biaya tambahan, seperti obat-obatan, suplemen, dan transportasi ke pusat dialisis. Bagi anak muda yang belum mapan secara finansial, hal ini bisa menjadi beban tersendiri.