JAKARTA,RADARPENA.CO.ID - Organisasi Islam besar di Indonesia Nahdlatul Ulama (NU) dalam menetapkan hari Raya Idul Fiiri memakai metode Rukyatul Hilal.
Rukyatul Hilal adalah metode yang digunakan oleh NU termasuk Pemerintah dengan mengobservasi (mengamati) langsung hilal atau bulan baru.
Menurut Nadhlatul Ulama (NU) menggunakan metode Rukyatul Hilal sebagai pendekatan utama dalam menentukan awal bulan Qomariah, termasuk untuk menandai permulaan Ramadan, Syawal dan bulan-bulan lainnya.
BACA JUGA:Niat Puasa Syawal 6 Hari Lengkap Arab Latin, Pahala Seperti Berpuasa Selama Setahun
pelaksanaan rukyatul hilal oleh NU termasuk Pemerintah ini akan dilaksanakan pada hari pada tanggal 29 Ramadan, sore hari jelang Matahari Tenggelam di ufuk Barat.
Biasanya peralatan canggih antara lain teropong, akan digunakan untuk mengamati hilal.
BACA JUGA:Pantau Hilal Ramadan 1445 H, BMKG Observasi Matahari Terbenam di 29 Lokasi
Jika saat pengamatan hilal terlihat maka keesokan harinya dinyatakan sudah hari raya 1 Syawal 1445H.
Namun jika hilal tidak terlihat karena terhalang awan dan cuaca maka bulan Ramadan digenapkan menjadi 30 hari.
Melalui metode Rukyatul Hilal sekaligus menjadi landasan untuk memastikan keakuratan penetapan awal bulan dalam tradisi keagamaan umat islam yang berperan penting dalam menentukan waktu-waktu ibadah yang sakral.
Pedoman dari penentuan hilal dengan metode ini didasarkan oleh NU dari firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 189
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
Artinya : Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan Sabit. Katakanlah, ''Itu adalah (petunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah haji,".
Untuk melihat hilal biasanya posisi bulan harus berada di dua derajat di atas Matahari.
Syarat lainnya adalah jarak elongasi dari Matahari ke arah kanan atau kiri, semakin lebar maka semakin mudah melihat hilal langsung.