JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Kabar duka datang dari dunia sepakbola, Legenda asal Brazil Mario Zagallo menghembuskan nafas terakhirnya di usia 92 tahun.
Kabar meninggalnya legenda sepak bola yang telah menjuarai dunia empat kali itu dari akun instagram miliknya.
“Dengan kesedihan yang mendalam, kami informasikan atas kematiannya juara dunia empat kali Mario Jorge Lobo Zagallo,” demikian keterangan di akun Instagram @zagallooficial dikutip Sabtu, 6 Januari 2024.
Kepergian 'Serigala Tua' meninggalkan kesedihan bagi banyak pihak. Sosok Mario digambarkan sebagai ayah yang berbakti, kakek yang penuh kasing sayang, serta orang tua yang penuh perhatian.
Dalam postingan tersebut juga dijelaskan bahwa Mario Zagallo meruapakan sahabat yang setia, sangat profesional, dan merupakan maunsia yang hebat. Bahkan seperti seorang patriot yang meninggalkan warisan prestasi luar biasa.
"Ayah yang berbakti, kakek yang penuh kasih sayang, ayah mertua yang penuh perhatian, sahabat yang setia, profesional yang jaya, dan manusia yang hebat. Idola yang hebat. Seorang patriot yang meninggalkan warisan prestasi yang luar biasa," dalam postingan pernyataan tersebut.
BACA JUGA:BREAKING NEWS: Graham Potter Bakal Gantikan Erik Ten Hag, Fans Setan Merah Ketar-Ketir
BACA JUGA:Hasil Laga Uji Coba Leg 2 Timnas Indonesia 1 - 2 Libya , Permainan Skuad Garuda Jauh Lebih Baik
Mario Zagallo telah berhasil memenangkan empat piala dunia baik sebagai pemain dan juga sebagai pelatih.
Ia juga berhasil mengangkat trofi Piala Dunia secara berturut-turut pada tahun 1958 dan 1962.
Sedangkan sewaktu sebagai pelatih, Mario Zagallo berhasil mengangkat trofi saat menangani tim yang berisikan Pele, Jairzinho, dan Carlos Alberto.
Hal tersebut menjadikan tim yang dianggap sebagai tim internasional terhebat sejak menjadi juara pada tahun 1970
Kemenangan terakhir Mario Zagallo di Piala Dunia terjadi saat dirinya menjadi asisten pelatih Carlos Alberto Perreira pada tahun 1994.
Selanjutnya, ia kembali menjadi manajer Brazil setela turnamen tersebut dan membawa tim ke final pada tahun 1998.
Namun, saat itu tim yang ia pimpin kalah dari tuan rumah yang dimana saat itu Prancis menjadi juaranya.