Presiden Jokowi juga mengatakan perang membuat penduduk di sekitar Ukranina dan Rusia menderita.
"Kita juga sebagai warga negara Indonesia wajib bersyukur negara ini tentram damai tidak ada masalah, benar bukan? Ini wajib untuk kita syukuri. Di saat Covid-19 kita bisa bangkit, lalu ada perang di negara maju perang Ukraina dan Rusia kita juga harus bisa lewati krisis ekonomi ini," ujar Jokowi.
Perang tersebut lantas membuat gandum, yang menjadi komoditas ekspor utama kedua negara sulit untuk keluar.
Kepada Jokowi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan bahwa ada sekitar 77 juta ton gandum dalam negeri yang tidak bisa diekspor karena adanya perang tersebut.
BACA JUGA:Presiden Jokowi Mendadak Panggil Pengurus PAPDESI Ke Istana Negara di Jakarta, Apa yang Dibahas?
BACA JUGA:Teken Keppres, Jokowi Resmi Berhentikan Ketua KPK Firli Bahuri
Lalu, tempat Operasional pelabuhan-pelabuhan untuk pengiriman barang pun terhenti, keamanan kapal pun juga berisiko tinggi.
Hal serupa pun turut dialami juga oleh Rusia.
Presiden Rusia, Vladimir Putin menyampaikan bahwa adanya 130 juta ton stok gandum yang tidak bisa diekspor pada saat ini.
"Yang dimana artinya, warga negara manapun yang makan gandum menjadi kehilangan makanan pokoknya. Bisa di bayangkan 77 ton ditambah 130 ton, berarti 207 juta ton berhenti di Rusia dan Ukraina," ucap Pak Jokowi.
Pak Jokowi di kala itu sempat bersyukur karena makanan pokok Indonesia adalah beras, bukan gandum.
BACA JUGA:Terbelah, Limpahan Suara Pemilih Jokowi 2019 Kemana? Ini Hasil Survei Terbaru Polling Institute
Namun, Jokowi menyadari bahwa bahan baku pupuk yang kerap sering dipakai petani juga berasal dari Rusia dan Ukraina.
"Ini lah hal yang kemudian kita tabrak-tabrak, bahwa kita berusaha agar bahan baku itu tercukupi. Tetapi ada juga yang namanya PT Pupuk Indonesia adalah perusahaan, kalau belinya di sana pasti mahal, jualnya juga akan mahal. Ceritanya kurang lebih seperti itu. Supaya kita tahu yang sebenar-benarnya" ujar Presiden Jokowi.