BANDUNG - Kelurahan Panjunan berhasil menurunkan angka stunting, dari diangka 39,19% kini menjadi 2,5% atau hanya 9 bayi. Itu pun bukan stunting semua melainkan ada faktor genetik dan lainnya.
Disampaikan Lurah Panjunan Iya Sunarya menyampaikan saat ini ada 340 balita dan 9 anak dinyatakan stunting.
"Dulu kita tertinggi angka stuntingnya. Padalah itu kurang tinggi karena faktor genetik tidak ujug-ujug stunting, gagalnya pertumbuhan permasalahan gizi yg krusial. Nah ini masalah stunting ini kan kegagalan tumbuh kembang yang menyebabkan gangguan pertumbuhan secara liner pada baita akibat dari akumulasi ketidakcukupan gizi dan nutrisi yang berlangsung dalam cukup lama yang terjadi pada setidaknya 1000 pertama kehidupan," jelas Iya saat ditemui, Selasa (25/7/2023).
BACA JUGA: Pemkot Bandung Gulirkan Berbagai Program Cegah Stunting Baru
Lanjut Iya, sejak ada inovasi "Sigadisting" sigernitas pencegahan deteksi dini stunting tahun 2021, Kelurahannya keluar dari zona tertinggi stunting, kini diangka 2,5% dari 39,19%.
"Sigadiating ini, kita mulai pembinaan, sosialisai dan edukasi ke catin (calon pengantin) sebelum nikah mereka agar diperiksakan kesehatannya termasuk tes HIV AIDS," jelasnya lagi.
"Tidak serta merta, saat hamil juga ada kader yang terus melalukan pendampingan, begitupun kontrol setelah melahirkan, nipas. Sehingga ibu dan bayi begitu lahir sehat," tandasnya.
Berkat inovasi ini kata Iya, angka stunting diwilayahnya tidak bertambah.
Disinggung intervensi kewilayahnya dalam penanganan stunting ini, kata Iya memang bermula dari anggara.
"Sekarang 150 ribu per bulan per posyandu, di kita ada 7 posyandu dalam program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dulu tahu 2022 sempat 3 bulan dari PKK Kota Bandung perbulan 1 kelurahan itu 1 juta, khusus untuk stunting. Dikita ya untuk 9 anak itu tapi sejak 2023 tidak hanya yang PMT saja, yang penting angka stunting disini menurun," pungkasnya.