Pengumuman Terbuka dari ROSNATI SYECH

Pengumuman Terbuka dari ROSNATI SYECH

Keluarga Rosnati Syech-dok. istimewa--

Radarpena.co.id, Jakarta - Saya, Rosnati Syech, selaku istri sah Bapak Rusli Bintang, dengan berat hati harus melakukan klarifikasi terkait surat terbuka yang dibuat oleh suami saya terkait pengelolaan Yayasan Alih Teknologi Bandar Lampung (YATBL). Beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini merupakan permintaan saya kepada anak-anak saya untuk membantu memperjuangkan hak saya. Karena saya sadar, saya adalah sosok yang lemah di sini. Saya bukanlah sosok yang kuat dan berkuasa seperti halnya suami saya, Rusli Bintang.

Saya selama ini sudah mencoba untuk begitu sabar dalam menghadapi permasalahan keluarga ini. Namun, betapa hancur hati saya ketika suami saya, Rusli Bintang, yang sebelumnya pernah berjanji dan bersumpah, “Saya akan pergi untuk mencari nafkah untuk kamu dan anak-anak, kamu tetap di Aceh untuk merawat anak-anak. Kalau seandainya ada berita bahwasanya saya menikah lagi, itu hanya orang yang ingin merusak hubungan keluarga kita. Nanti yang kasihan anak-anak kita, ada ayah tidak ada ibu, dan begitu pula sebaliknya. Saya tidak akan macam-macam, saya berjanji bila saya akan menikah lagi, saya akan meminta izin terlebih dahulu denganmu.” Suami saya juga berjanji, “Saya sudah diamanahkan oleh orang tua saya bahwasanya anak keturunan kita jangan sampai ada yang menumpang hidup dengan orang lain.”

Kemudian, setelah berjalannya waktu, saya mendengar bahwasanya suami saya, Rusli Bintang, telah menikah lagi. Saya berusaha untuk tetap berpikiran positif terhadap suami saya hingga suatu saat saya menanyakan perihal berita tersebut. Namun, beliau tetap dengan yakin bahwasanya beliau belum memiliki istri selain saya. Akan tetapi, realita berkata lain saat kelahiran cucu pertama saya. Saya dapati adanya dokumen paspor anak Pak Rusli yang bukan darah daging saya.

Dengan segala pengkhianatan yang dilakukan oleh suami saya, Rusli Bintang, saya masih mencoba untuk berusaha sabar dan meminta klarifikasi kepada beliau mengenai permasalahan ini. Kemudian, sampailah pada suatu kesempatan, suami saya mengatakan akan menceraikan istri kedua serta menghibahkan seluruh aset serta pengelolaan usaha yang berada di Lampung kepada saya dan anak-anak saya, yang dibuktikan dengan surat pernyataan hibah serta dibentuknya yayasan yang beranggotakan saya beserta anak darah daging saya.

Namun, karena saya hanya seorang guru agama di Aceh, saya tidak paham bahwasanya dalam perjalanan waktu, akta Yayasan Altek telah berubah yang membuang saya serta darah daging saya satu per satu dan menggantikannya dengan istri kedua Pak Rusli beserta anaknya di struktur Pembina tanpa sepengetahuan saya.

Usaha mediasi telah dilakukan menahun, hanya karena kami adalah orang yang lemah, kami tidak mampu berbuat apa-apa. Saya tidak tahu apa yang salah dengan saya dan anak darah daging saya di mata suami saya. Padahal, sampai saat ini, saya tidak pernah menanyakan apa pun perihal apa saja yang tidak dijanjikan oleh Bapak Rusli Bintang, sebagai contoh Universitas Abulyatama Batam yang berganti nama menjadi Universitas Batam, Institut Kesehatan Jakarta, serta yang terbaru Universitas Kartamulya dan aset-aset lainnya. Walaupun semua aset tersebut diperoleh setelah perkawinan dan semua ini berasal dari usaha kami bersama-sama dalam membangun Universitas Abulyatama Aceh.

Saya mencoba lagi untuk terus bersabar dan berdoa kepada Allah SWT agar masalah ini bisa cepat selesai. Namun, ternyata dalam praktiknya, suami saya, Rusli Bintang, semakin bertindak semaunya. Puncaknya ketika beliau dengan begitu bangganya mempertontonkan kekuasaannya dengan mengatakan di depan warga Aceh, yang merupakan tanah kelahiran dan tumpah darah saya, bahwasanya beliau telah beristri tiga. Kemudian, memajang foto anak dari istri keduanya yang merupakan caleg DPR RI saat itu di spanduk dan baliho sepanjang jalan dari Aceh sampai Medan. Hati saya hancur sehancur-hancurnya karena saya sebagai wanita Aceh selalu berusaha menjaga nama baik keluarga. Bahkan, saya selalu menitipkan kepada anak-anak untuk terus menjaga masalah ini jangan sampai terdengar di luar.

Demikian surat ini saya sampaikan. Saya merasa malu dan merasa tidak pantas bila masalah ini menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dikarenakan begitu banyaknya fitnah yang ditujukan kepada saya dan anak-anak saya, sebagai ibu, saya harus mengatakan semua ini.

Doa saya, semoga Allah SWT senantiasa menghadirkan sakinah, mawaddah, dan warrahmah untuk seluruh keluarga kita serta tidak ada lagi seorang ibu yang mengalami permasalahan seperti yang saya alami ini. Amin ya Rabbal ‘alamin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: