Hebat! Doktor FKUI Temukan Pengobatan Kanker Lebih Presisi dengan Identifikasi Genomik, Ini yang Pertama di Du
kanker nasofaring--
JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Pertama di dunia, doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) berhasilkan menemukan pengobatan kanker nasofaring dengan mengembangkan teknologi sekuensing genomik. Dia adalah Dr. dr. Handoko, B.Med.Sci, Sp.Onk.Rad(K).
Melalui disertasi yang berjudul "Nasopharyngeal Cancer Whole Genome Sequencing: Identification of Clinically Meaningful Genes", ia memetakan variasi genetik pola metilasi pada kanker nasofaring (KNF) untuk mengidentifikasi perubahan genetik yang signifikan.
Kanker nasofaring sendiri merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan sering dikaitkan dengan faktor genetik serta infeksi Epstein-Barr Virus (EBV).
Pada sidang promotor doktor yang digelar hari ini, Rabu, 16 Oktober 2024, Handoko mengungkapkan bahwa 25 persen pasien kanker yang mendapatkan terapi standar saat ini yang sebenarnya tidak diperlukan.
"25 persen orang yang mendapatkan terapi yang saat ini, terapi standar, yang sebenarnya tidak perlu karena mutasi genetiknya tidak mendukung," ungkap dr Handoko di IMERI FKUI Salemba, Jakarta, 16 Oktober 2024.
BACA JUGA:
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mutasi gen pada sel kanker sehingga dapat mengeliminasi terapi yang tidak perlu atau terapi yang justru tidak dapat diberikan kepada pasien tersebut.
"Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai profil genetik dan epigenetik KNF agar dapat mendukung pengembangan terapi yang lebih efektif dan personal," tambah Prof Dr. dr. Soehartati A. Gondhowwiardjo, SpRad(K).Onk.Rad yang merupakan promotor penelitian tersebut.
Dalam hal ini, setiap orang memiliki karakteristik gen yang berbeda, begitu pula pola mutasinya.
"Kalau yang kita saat ini rutin lakukan, kan paling hanya sampai histopatologi (morfologi) dari sel tumor. Tapi ternyata itu tidak cukup baik untuk membedakan bagaimana behavior dari tumornya. Mungkin kelihatannya sama, tetapi dalamnya dari level gen bisa memiliki profil yang berbeda," lanjut Handoko.
Selain itu, penelitian ini bukan menggunakan short read yang telah difragmentasi, tetapi whole genome sehingga karakteristik gen tersebut bisa diketahui secara lebih menyeluruh.
"Jadi dari profil mutasinya, profil epigenetiknya, itu kita bisa menentukan origin-nya adalah sel apa. Jadi kita eksplorasi semua mutasi tersebut."
BACA JUGA:
Dengan menggunakan teknologi Nanopore, ia menemukan sejumlah mutasi pada gen yang berperan sebagai penekan tumor serta adanya hipermetilasi pada jalur sinyal yang berpotensi mempercepat proses karsinogenesis atau proses terjadinya kanker.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: