Hebat! Doktor FKUI Temukan Pengobatan Kanker Lebih Presisi dengan Identifikasi Genomik, Ini yang Pertama di Du

Hebat! Doktor FKUI Temukan Pengobatan Kanker Lebih Presisi dengan Identifikasi Genomik, Ini yang Pertama di Du

kanker nasofaring--

"Kita temukan gen-gen yang kalau bermutasi atau gangguan, contohnya DNA yang terlibat dalam proses repair, maka mudah sekali dia jadi kanker."

Hal ini juga berpengaruh pada proses penyembuhan yang kurang respons terhadap terapi, seperti kemoterapi dan radioterapi.

"Ditemukan korelasi antara prognosis klinis yang buruk dengan kelainan pada gen DNA repair yang menekankan peran penting stabilitas genom dalam perkembangan kanker nasofaring."

Temuan inilah yang menjadi pijakan untuk mengembangan terapi yang lebih personal, sehingga memberikan hasil presisi pada masing-masing pasien.

Hal ini karena analisis mendalam terhadap pola metilasi turut memberikan wawasan baru mengenai peran epigenetik dalam proses karsinogenesis yang menjadi dasar pengembangan biomarker untuk mendeteksi dan memantau perkembangan kanker.

BACA JUGA:

"Kita bisa membuat stratifikasi, itu tidak lagi berdasarkan gambaran morfologi, tapi berdasarkan genomik," tambah Tati.

Statfikasi atau pengelompokan prognosis penyakit ini membantu dokter memberikan terapi yang paling sesuai berdasarkan pola genetik sel kanker itu sendiri.

"(Penelitian) ini merupakan cikal bakal berkembangnya personalized medicine, jadi setiap pasien itu bisa berbeda-beda terapinya. (Sekuensing genomik) bukan hanya untuk menentukan terapi, tapi juga menentukan orang itu tidak boleh dapat terapi ini," tandas Tati.

Dengan diketahuinya jenis terapi yang tepat pada masing-masing pasien, diharapkan angka harapan hidup penderita kanker dapat meningkat melalui keberhasilan pengobatannya.

"Kita berupaya bagaimana ujungnya kan pasien harus survive lebih lama. Supaya dia bisa survive lebih lama, kita harus mengerti bedanya apa, kenapa (prognosis) satu bagus, satu tidak. Ini adalah salah satu dasar yang memberikan kita pemahaman apa yang membuatnya berbeda," tutur Handoko.

"Tapi masih tidak cukup. Mereka yang berbeda itu dan tidak merespons dengan terapi yang saat ini ada, perlu kita kembangkan terapi baru," pungkasnya.

Penelitian ini juga melibatkan kerja sama erat dengan para ahli bioinformatika dari FKUI dan Hong Kong University untuk memastikan kualitas data yang optimal. Teknologi sekuensing yang digunakan, Promethion Nanopore, memungkinkan data yang dihasilkan dari penelitian ini presisi tinggi terkait variasi genetik, termasuk small nucleaotide variation (SNV), cipy number variation (CNV), short tandem repeat (STR), dan structural variation (SV).(zahro)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: