Miris! Siswa SMP di Deli Serdang Tewas Usai Dihukum Squat Jump 100 Kali Oleh Guru

Miris! Siswa SMP di Deli Serdang Tewas Usai Dihukum Squat Jump 100 Kali Oleh Guru

Seorang siswa di Deli Serdang tewas usai dihukum squat jump 100 kali oleh gurunya.--instagram.com

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Seorang siswa SMP Negeri 1 STM Hilir, Deli Serdang, Sumatera Utara bernama Rindu Syahputra Sinaga (14) meninggal duni usai dihukum oleh gurunya dengan 100 kali squat jump

Kronologi tersebut menurut pengakuan dari keluarga korban. Ibu korban, Yuliana Derma Padang, mengatakan, RSS dihukum oleh guru agamanya karena tak mampu menghapal ayat kita suci. 

Usai dihukum, keesokan harinya RSS merasakan sakit di kaki dan mulai demam tinggi. Kondisinya semakin memburuk hingga pada Rabu, 25 September 2024 korban dibawa ke RSU Sembiring, Kecamatan Deli Tua, Deli Serdang, dalam kondisi kritis.

"Hari Kamis 19 September (RS bilang) dihukum guru, dia mengeluh kakinya sakit. Kemudian hari Jumat dia demam tinggi, baru hari Sabtu dia gak sekolah lagi karena kesakitan," ujar Yuliana, pada Jumat, 27 September 2024 siang.

Ibu RS membawa anaknya itu berobat ke klinik, namun RS tidak sembuh juga. Kakinya pada saat itu mulai membengkak."Jadi pada hari selasa saya pergi ke sekolah, permisi kepada guru bahwa anak saya sedang sakit gara-gara dihukum oleh guru agama. Pihak sekolah mengizinkan untuk libur," jelas Yuliana.

BACA JUGA:

Yuliana kembali menjelaskan bahwa hari Rabu tanggal 25 September 2024 RS ngedrop. Saat dibawa ke klinik lagi, namun klinik merujuk ke Rumah Sakit karena tidak sanggup. "Hari kamis pagi pukul setengah 7, anak saya sudah tidak ada lagi, meninggal dunia.

Yuliana mengaku anaknya sempat meminta agar guru agamanya itu untuk dipenjarakan agar tidak melakukan hal yang serupa kepada siswa lainnya. Yuliana menyebut sejauh ini juga belum ada tindak lanjut dari pihak sekolah terkait kematian anaknya itu.

“Anak saya waktu masih sakit bilang ‘mak penjarakan lah guru itu mak, biar dia jangan biasa begitu’. Pihak sekolah tak ada menanggapi,” sebutnya.

Yuliana menyebut sudah sempat mendatangi kantor polisi untuk membuat laporan terkait kasus kematian anaknya itu. Namun, saat itu, pihak kepolisian menjelaskan soal prosedur penyelidikan yang mengharuskan korban untuk diautopsi.

BACA JUGA:

Mendengar penjelasan petugas kepolisian soal proses autopsi itu, Yuliana merasa takut dan menolak anaknya untuk diautopsi.

“Jadi, saya merasa takutlah (diautopsi), anak saya sudah meninggal dan tak bernyawa lagi, lihat lagi itu video usus dikoyak dari dalam, saya gak terimalah jadi saya mundur (tidak membuat laporan),” ujarnya.

“Kami memohon kepada pihak hukum tolong kasus ini diusut supaya ke depannya tak terjadi seperti ini lagi, cukuplah anak saya,” sambung Yuliana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: